GridOto.com - Dunia balap Tanah Air baru saja kehilangan salah satu sosok pembalap legendaris, Sidarto Sosro Atmodjo atau akrab disapa Om Darto.
Beliau meninggal dunia dalam usia 66 tahun di RS Persahabatan Jakarta, pada Sabtu (6/6/2020) pukul 12.18 WIB.
Semasa hidupnya, almarhum merupakan sosok pembalap yang sudah malang melintang dalam dunia balap motor maupun mobil.
Kiprahnya di dunia balap nasional dimulai pada tahun 1967 di ajang balap motor, saat itu usianya baru menginjak 14 tahun.
Baca Juga: Kabar Duka Dunia Balap Tanah Air, Pembalap Legendaris Sidarto Sosro Atmodjo Meninggal Dunia
Hingga akhirnya ayah dari tiga anak ini banyak terlibat dalam berbagai event balap motor maupun mobil di Indonesia.
Tidak hanya sebagai pembalap, tetapi juga sebagai orang yang berada di balik gelaran balap di kancah nasional.
Salah satunya dengan keikutsertaannya dalam ajang balap satu merek atau one make race (OMR) Hyundai Atoz pada tahun 2004 lalu.
Bahkan, almarhum sempat dijuluki sebagai bapak OMR Indonesia, karena selalu terlibat dalam event tersebut.
Baca Juga: Pengurus Sirkuit Sentul Bilang Hal Ini Akan Jadi Tantangan Menggelar Ajang Balap di Fase New Normal
Sebut saja OMR Hyundai Getz 2005, OMR Swift yang digelar Suzuki tahun 2005, OMR Swift Turbo tahun 2006 serta pada tahun 2008 ketika Ford membuat balap khusus Focus.
Jejak Om Darto di kancah OMR sempat menghilang pada saat memasuki 2009-2010.
Namun di 2011, ia kembali aktif lewat Mercedes-Benz C-Class Championship.
Ia menjadi penggagas, pelaksana dan pembuat regulasi.
Baca Juga: OtoJadul: Ngeri-ngeri Sedap Event Balap Nasional Awal 2000-an, Penontonnya Nekat Akhirnya Jumpalitan Bareng Pembalap
“Sebenarnya sudah mulai sejak balap Timor 2002. Tapi sistemnya lain, kayak sewa mobil. Terus tahun 2003, pertama saya dan Yongki (Yongki D. Sugiarto, bos Hyundai) memikirkan bagaimana cara membalapkan Atoz," terang pria kelahiran 5 Agustus 1953 ini seperti dikutip dari Tabloid OTOMOTIF edisi 01/XXI 5-11 Mei 2011.
"Pertama, Atoz balapan kelas city car 1.000 cc. Akhirnya kenapa enggak kita bikin balapan 1 merek aja, makanya saya bikin proposal dan balapannya berjalan," lanjutnya kepada tabloid OTOMOTIF kala itu.
Menurutnya, tidak sembarang mobil bisa diterima untuk dipakai balap karena ajang ini berkaitan erat dengan promosi.
Oleh sebab itu, sebelum diputuskan membuat OMR, ia harus menjajal dulu mobil tersebut sampai batas maksimalnya.
“Takutnya, baru 10 putaran jebol, malah enggak laku mobilnya,” pungkasnya.