GridOto.com- Warga Jakarta pasti paham jembatan strategis yang membelah ibukota negara.
Jembatan semanggi yang menjadi simpul jalur menuju berbagai wilayah di Jakarta.
Jembatan Semanggi dibangun pada tahun 1961.
Dalam buku berjudul Asal-usul Tempat-tempat di Djakarta Tempo Doeloe karangan Zaenuddin HM, pelopor menteri pekerjaan umum kala itu, Ir Soetami.
Baca Juga: Perbaikan JPO Di Semanggi, Ada Rekayasa Lalu Lintas
Proyek itu diusulkan untuk mengatasi kemacetan yang mungkin timbul akibat laga akbar Asian Games tahun 1962 yang akan digelar di Jakarta.
Perjalanan membangun Jembatan semakin sangat panjang dan penuh perdebatan.
Menurut Tjipta Lesmana yang mengutip kesaksian pembantu Sukarno dalam Dari Sukarno Sampai SBY: Intrik Lobi Politik Para Penguasa (2013: 33), dua orang itu bernama Sutami dan David Cheng.
Sutami yang baru saja diangkat menjadi Direktur Utama Hutama Karya mengusulkan agar jembatan dibangun menggunakan konstruksi beton prategang (prestressed concrete) tanpa menggunakan tiang.
Usulan itu dianggap sangat aneh karena belum pernah dilakukan di Indonesia.
Sukarno yang sudah hilang kesabaran melihat keributan di ruang rapat lantas memarahi Sutami.
“Awas, Sutami! Kamu jangan main-main dengan nama baik bangsa dan negara. Kalau engkau berpetualang, engkau akan digantung!” ucapnya lantang.
Menurut kesaksian Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum, Hendropranoto, dalam esai bertajuk “Sutami Sosok Manusia Pembangunan Indonesia” yang dimuat di majalah Prisma (Desember 1991), Sutami sedikitpun tidak gentar mendengar ancaman Sukarno.
Seolah sudah tidak peduli dianggap lancang, Sutami menjawab cepat, “Tetapi itu memang pendapat saya, berdasarkan perhitungan yang cermat.”
Keberanian Sutami membuat Sukarno takjub dan akhirnya Presiden Soekarno luluh .
Ia kemudian mengizinkan Sutami memulai serangkaian penyelenggaraan Proyek Mercusuar menggunakan caranya sendiri.
Sebagai seorang yang memiliki kekuasaan besar, terlebih jabatannya Menteri Pekerjaan Umum dengan masa terlama yakni 12 tahun, kehidupan Ir. Sutami tergolong miskin.
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun bahkan tidak memiliki kendaraan pribadi.
Ketika tidak lagi menjabat pada menteri pada 1978, Sutami mengembalikan semua fasilitas yang diberikan kepadanya kepada negara termasuk kendaraan dinas.
Agus Nur Cahyo penulis buku 'Samudra Kearifan' menuliskan
Kemudian seorang pengusaha berusaha berniat membelinya mobil karena tahu mobil dinasnya ikut dikembaklikan.
"Namun dengan halus Sutami menolak. Ia hanya meminta diberi diskon dari pengusaha itu."
Sosok menteri jujur itu wafat pada 13 November 1980 pada umur 52 tahun.
Jasa besarnya masih bisa dinikmati hingga hari ini.