GridOto.com - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia hampir membuat beberapa sektor bisnis lumpuh.
Misalnya jasa layanan transportasi yang operasionalnya sangat terganggu akibat pandemi ini.
Sebagai contoh, driver ojek online motor yang kehilangan sebagian besar pemasukannya karena dilarang membawa penumpang di Jabodetabek selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Lalu, sopir bus yang menganggur akibat 90 persen perusahaan bus kini tak lagi mengoperasikan armadanya.
Baca Juga: Para Pekerja PO Bus 'Dihantui' PHK Massal Jika Pemerintah Tak Berikan Stimulus Ekonomi
Menurut Kurnia Lesani Adnan, Ketua Umun Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), meski driver ojol dan sopir bus sama-sama terdampak, pemerintah nampaknya hanya memperhatikan driver ojol.
"Sebenarnya kami dianggap ada atau tidak oleh pemerintah?," ucap Kurnia saat dihubungi GridOto.com beberapa waktu lalu.
"Dari kemarin yang sibuk diurusin cuma ojol, kami ini apa di mata pemerintah?," imbuhnya.
Ia pun mempertanyakan kontribusi layanan ojek online terhadap negara.
Kurnia berpendapat, perusahaan bus lebih berkontribusi dari sisi pajak ketimbang ojek online.
Baca Juga: Sopir Bus Sebulan Lebih Menganggur, IPOMI Daftarkan 800 Orang Buat Terima BLT, yang Dapat Cuma 10 Orang
"Kalau ngomongin kontribusi, berapa banyak pajak yang masuk dari mereka? Saya berani jamin kami lebih besar," ungkapnya.
"Kedua, apakah mereka sesuai regulasi? Apakah mereka tertib? Makanya saya heran kenapa pemerintah lebih memfasilitasi mereka," sambungnya.
"Saya sepakat ojol itu karya anak bangsa, mereka juga saudara kita, tapi porsinya dari pemerintah juga tolong yang jelas dan tegas," lanjutnya.
Sebagai informasi, pengemudi ojek online sejauh ini banyak mendapat bantuan dari pemerintah dan sejumlah pihak.
Misalnya dari penyedia aplikasi dan sejumlah institusi lainnya seperti perusahaan pembiayaan, perusahaan provider, hingga Pertamina.