GridOto.com - Sejumlah Perusahaan Otobus (PO) telah mengurangi armada operasional mereka sebanyak 90 persen sejak awal April 2020.
Hal ini tentunya berdampak kepada sopir bus yang otomatis 'menganggur'.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan membenarkan hal ini.
Ia juga menyebut sebagian besar sopir bus kini tidak memiliki pemasukan.
Baca Juga: PO Bus 90 Persen Armadanya Tidak Beroperasi, IPOMI: Kondisi Kami Sudah Tiarap
"Mayoritas pengemudi statusnya adalah karyawan lepas, upah mereka dihitung dari berapa banyak mereka beroperasi," ucap Kurnia kepada GridOto.com, Senin (20/4/2020).
"Mereka sudah sekitar satu setengah bulan ini tidak beroperasi, yang artinya mereka tidak ada pemasukan," tuturnya.
Saat ini, ia bersama rekan-rekan pengusaha bus lainnya secara swadaya memberikan bantuan paket sembako kepada para sopir bus.
Tetapi, hal itu dirasa tidak bisa terus dilakukan dalam jangka waktu lama, karena di lain sisi PO Bus juga pemasukannya sangat anjlok.
Baca Juga: Maju Kena Mundur Kena, Pengusaha Otobus Minta Relaksasi Kredit ke Pemerintah
Selain bantuan dari PO, para sopir juga sebenarnya telah mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Polri.
Tetapi, menurut Kurnia pelaksanaannya tidak efektif dan cenderung salah sasaran.
"Pekan lalu, dari Polri sudah ada BLT untuk driver, tetapi menurut saya, maaf, kemarin itu rancu. Kenapa? Pengaplikasiannya belang-belang," imbuhnya.
Perkataan Kurnia tersebut didasari oleh dua hal, pertama, banyak sopir bus atau truk dari perusahaan yang tidak jelas asal-usulnya.
Baca Juga: Efek Pandemi Covid-19, Perusahaan Karoseri Ini Tak Lagi Dapat Pesanan Bus Pariwisata
"Kedua, jumlahnya tidak sama dengan data yang kami berikan. Contoh di Jawa Tengah, data yang kami ajukan sekitar 800 orang, yang dikasih bantuan cuma 10 orang," lanjutnya.
Hal ini dinilai IPOMI sebagai boomerang untuk mereka, karena sopir bus saat ini menilai IPOMI sebagai perwakilan tidak mengurus mereka dengan benar.
"Sebelumnya maaf ya. Kami berterimakasih diberikan bantuan, tapi ini jadi boomerang buat kami. Kru menganggap kami main-main mengurus mereka," tutupnya.