GridOto.com - Arus lalu lintas yang lenggang bukan alasan bagi pengendara motor maupun mobil untuk ugal-ugalan di jalan.
Tak hanya meresahkan pengguna jalan lain, aksi ugal-ugalan yang dilakukan juga berisiko besar menyebabkan kecelakaan fatal.
Seperti dalam video yang diunggah oleh akun instagram @gridoto_news, menunjukkan sekelompok pengendara yang nekat kebut-kebutan saat aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.
Bahkan, mereka juga berani melawan Polisi yang bertugas.
Baca Juga: Street Manners: Catat! Jalanan yang Sepi Bukan Berarti Bisa Bebas Kebut-kebutan
Menanggapi hal tersebut, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, selaku Psikolog mengatakan, adanya dukungan dalam kelompok membuat seseorang bisa berbuat hal buruk hingga melawan pihak berwenang.
"Untuk masalah berkendara dalam kelompok atau konvoi, biasanya ada aturan tertentu di mana peserta harus berkendara dengan tertib atau tidak saling mendahului," ujar Vera saat dihubungi GridOto.com, Senin (20/4/2020).
"Tapi dalam kasus ini, lebih karena dia merasa banyak pendukungnya ia bisa berbuat hal negatif," tuturnya.
Vera mengungkapkan, perbuatan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor dalam kelompok atau perkumpulan yang diikuti.
Baca Juga: Selama PSBB Batas Kecepatan di Tol Kerap Dilanggar, Jasa Marga Lakukan Ini
"Pertama pelaku hal negatif tersebut sedang terpancing emosinya, sehingga mengesampingkan konsekuensi buruk yang bakal terjadi," kata Vera.
"Kedua karena ingin membuktikan kepada kelompoknya, bahwa dia lebih unggul. Sehingga tidak mempertimbangkan dampak bagi orang lain. Terakhir, karena mengikuti nilai yang dianut kelompoknya," jelasnya.
Sebab, jika tidak mengikuti nilai yang dianut kelompoknya, seseorang bisa disisihkan dan dianggap lemah atau tidak qualified dalam suatu kelompok.
Vera pun menyarakan untuk tetap fokus dengan diri sendiri apabila menemukan kasus tersebut di jalan.
"Alihkan fokus pada diri kita sendiri, fokus pada situasi 'right here, right now'. Fokus pada tujuan perjalanan, jika naik mobil, pikirkan dengan siapa saja Anda berada di mobil," terang Vera lagi.
Baca Juga: Street Manners: Ketahui Batas Kecepatan Berkendara, Kecelakaan Saat Ngebut Ibarat Jatuh Dari Bangunan Lantai 4 Sob!
"Bisa juga dengan alihkan perhatian. Misal jika ada kelompok pengendara yang kebut-kebutan, jika naik mobil bisa nyalakan musik yang rileks dan tenang, atau bincang tentang hal lain dengan orang yang ada semobil atau seperjalanan Anda," tambahnya.
Menurutnya, meredam rasa unjuk gigi dalam hal yang negatif pada suatu kelompok sulit dilakukan jika seseorang sudah begitu terikat.
"Mungkin dengan memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi jika unjuk gigi bisa dilakukan. Tapi ini bisa jadi sulit dilakukan, jika seseorang sudah sangat terikat dengan kelompoknya," ucap Vera.
"Sehingga cenderung mengikuti keputusan kelompok demi tetap berada atau diterima di dalam kelompok tersebut," terangnya lagi.
Baca Juga: Mengintip Sejarah Geng Motor Pertama di Indonesia, Muncul di Tahun 1915!
Tuh sob! buat yang ikut kelompok atau komunitas yang konteks kegiatannya negatif sebaiknya stop deh.
Karena masih banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan.
Berikut video yang memperlihatkan perilaku negatif sejumlah pengendara motor sport yang ngebut, disusul aksi melawan Polisi.