GridOto.com - Krisis yang terjadi akibat pandemi covid-19 membuat jadwal balap F1 musim 2020 menjadi berantakan.
F1 Kanada menjadi balap ke-9 yang harus mengalami penundaan akibat situasi yang tidak memungkinkan untuk menggelar balapan.
Mantan Pembalap F1, Nico Rosberg mengatakan ia berharap beberapa balapan musim ini masih bisa digelar sesuai jadwal.
Namun pihak penyelenggara juga memerlukan solusi kreatif untuk mengatasi jadwal balap yang terdampak pandemi.
Baca Juga: F1 Kanada Ditunda, Menjadi Event Kesembilan F1 2020 yang Jadwal Balapannya Kacau
Dilansir dari Dw.com, Rosberg menyarankan F1 untuk bisa menggelar dua balapan tertutup pada setiap akhir pekan untuk dapat memenuhi kalender musim ini.
"Mungkin mereka bisa menjadi sedikit kreatif, tidak dan balapan bisa dilakukan pada hari Sabtu dengan rute sesuai lintasan dan rute sebaliknya pada hari Minggu," Ujar Rosberg dalam sebuah wawancara.
Dengan balapan yang belum bisa dimulai tentu menyebabakan masalah keuangan dan efek tidak langsung yang dirasakan 10 tim F1.
Rosberg, yang menjadi juara pada tahun 2016 bersama Tim Mercedes itu juga berpendapat penting untuk komunitas F1 membantu tim yang lebih kecil agar tetap berada dalam kejuaraan ini.
Baca Juga: Sudah Ditunda ke 2022, Regulasi Baru F1 Terancam Ditunda Lebih Lama Lagi
"Masalah terbesar saat ini adalah situasi keuangan untuk beberapa tim kecil karena F1 membutuhkan semua tim untuk berpartisipasi," katanya.
"Jika dua atau tiga tim yang lebih kecil keluar, maka itu bukan olahraga yang hebat lagi karena tidak ada cukup tim yang bersaing dan tidak cukup tim di grid." lanjutnya.
Mantan pembalap asal Jerman itu juga mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan penyelenggara merupakan langkah yang benar dengan menunda perubahan aturan hingga tahun depan dan memperbolehkan tim menggunakan mobil yang sama.
"Banyak pendapatan akan hilang, tetapi pada saat yang sama F1 telah menerapkan langkah-langkah yang tepat untuk menghemat banyak uang," pungkasnya.
Baca Juga: Empat Tim F1 Terancam Bangkrut Karena Krisis Ekonomi Imbas Virus Corona