Dampak Virus Corona, Pengamat Sebut Transportasi Online Bikin Susah Pemerintah?

M. Adam Samudra - Sabtu, 28 Maret 2020 | 09:40 WIB

Ilustrasi ojek online (Go-Jek). (M. Adam Samudra - )

 

GridOto.comTransportasi online mendapatkan imbas dari adanya pandemi virus corona yang semakin meluas.

Saat ini pengemudi transportasi online mengeluhkan sepinya penumpang.

Pasalnya, seluruh warga kini mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah, sebagai antisipasi penyebaran virus corona.

Menanggapi hal ini, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, angkat bicara.

(Baca Juga: Apa Benar, Biar Enggak Mangkal Sembarangan dan Bikin Macet, Ojol Butuh Ini?)

Djoko menilai, semestinya para pengemudi itu menjadi tanggung jawab perusahaan aplikator yang sudah mendapatkan keuntungan besar dari bisnis ikutannya.

Bukan malah menjadi tanggungjawab negara dengan membebankan APBN.

"Perlu dievaluasi keberlangsungan bisnis transportasi online di Indonesia, apakah perlu diteruskan jika nantinya terus membebani negara, transportasi online terus-terusan bikin susah pemerintah," kata Djoko kepada GridOto.com, Sabtu (28/3/2020).

Ia menilai, dari data Balitbang Perhubungan (2019), hanya 18 persen pengemudi ojol yang sebelumnya pengangguran.

Sedangkan kajian yang dilakukan Institut Transportasi Instran (Instran) hanya lima persen.

"Saya sering berdiskusi dengan pengemudi taksi online dan pengemudi ojol, belum pernah menemukan pengemudi yang sebelumnya berpredikat pengangguran, yang ditemukan adalah pengalihan pekerjaan atau profesi yang berharap menjadi pengemudi transportasi online, kehidupannya menjadi lebih baik," ucapnya.

(Baca Juga: Pengamat Transportasi Sebut Pengguna Angkutan Umum Turun 30 Persen Gara-gara Ojol)

Djoko pun mengimbau, seyogyanya bantuan pemerintah untuk pengemudi ojol bukan berupa uang.

Namun cukup insentif penundaan pembayaran angsuran mobil dan sepeda motor, sebagaimana yang sudah diungkapkan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Sementara untuk bantuan berupa uang tunai atau cash agar dibebankan kepada pemilik aplikasi (Grab dan Gojek).

"Pasalnya, kedua perusahaan tersebut sudah mendapatkan suntikan dana segar dari investor yang nilainya sangat besar, hitung-hitung membakar modal lagi," ucapnya.

Sekali lagi, Indonesia harus belajar dengan Korea Selatan yang berhasil mengembangkan bisnis transportasi online tanpa mengorbankan bisnis transportasi reguler.

"Ketika wabah virus corona merebak, para pengemudi transportasi online tidak menjadi beban negara, seperti halnya di Indonesia sekarang ini," tukasnya.