GridOto.com -Transjakarta sudah tak lagi berfokus pada penggunaan bus berbahan bakar gas (BBG) untuk armada mereka.
Kini, Transjakarta kembali menggunakan bus bermesin diesel sebagai unit operasional mereka.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Yoga Adiwinarto, mengungkapkan alasan dibalik langkah tersebut.
Menurut Yoga, hal itu didasari oleh fakta bahwa stasiun pengisian gas perkembangannya tidak sepesat armada yang digunakan.
(Baca Juga: Pemkot Semarang Luncurkan 72 Bus BBG untuk Trans Semarang)
"Niatnya bagus, tapi ternyata infrastruktur kita yang agak kurang, contohnya di lokasi-lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas pertumbuhannya gak banyak juga," jelas Yoga saat ditemui GridOto.com beberapa waktu lalu di JCC, Senayan, Jakarta.
Yoga mengambil contoh, jika ada satu stasiun pengisian bahan bakar yang tidak berfungsi, hal itu menimbulkan antrean panjang di stasiun lainnya.
Hal itu disebut Yoga cukup mengganggu operasional dari armada Transjakarta, sehingga pelayanan penumpang tidak efektif.
"Kami melakukan mitigasi, karena yang kami utamakan adalah bagaimana perjalanan warga bisa terlayani. Jadi, akhirnya untuk saat ini, mau nggak mau, yang reliable adalah bus bermesin diesel," ucap Yoga.
(Baca Juga: Mirisnya Sopir Bajaj Isi BBG Bisa Antre Sampai 7 Jam di SPBG)
"Kalau (pasokan bahan bakar) gasnya sih gak ada masalah, jadi (problemnya) lebih ke SPBG-nya, stasiun pengisiannya," lanjutnya.
Secara matematis, biaya operasional bus BBG disebut Yoga jauh lebih hemat ketimbang bus berbahan bakar solar.
"Tapi ya itu tadi, saat ini suplainya susah dan mengganggu operasional armada kami," jelasnya.
(Baca Juga: Tahun Depan Jalur TransJakarta Ada Tambahan 105 Kamera Pengawas)
Pada akhirnya, mulai tahun 2015 Transjakarta memutuskan untuk secara bertahap kembali menggunakan bus berbahan bakar minyak.
"Kami mix antara BBG dan BBM, kedepannya juga akan kami tambah dengan armada listrik. Kalau tidak salah, dari total keseluruhan armada kami, presentasenya itu 30-35 persen menggunakan BBG, sisanya diesel," tutup Yoga.