GridOto.com - Mayoritas mesin sekarang menggunakan teknologi turbo untuk meningkatkan tenaga mesin.
Turbo banyak digunakan untuk mobil dengan mesin tipe bensin maupun diesel.
Komponen ini bekerja mengisap udara melalui sudu-sudu yang berputar karena adanya gaya dorong dari tekanan gas buang yang dimana juga terdapat sudu yang berputar.
Setiap mesin pasti memiliki tekanan turbo yang sudah disesuaikan dengan kemampuan mesin.
Banyak orang yang melakukan upgrade mesin dengan modifikasi turbo dengan kemampuan yang jauh lebih tinggi.
Tekanan tinggi dari turbo bisa membuat mesin menghasilkan power yang jauh lebih besar.
(Baca Juga: Fakta Menarik, Indonesia Jadi Penggemar MotoGP Terbanyak di Dunia!)
Akan tetapi, saat upgrade turbo juga harus ada penyesuaian pada kompresi mesin.
"Betul, saat upgrade turbo sebaiknya kompresi mesin diturunkan," buka Andri Cahyadi, pemilik bengkel X-Boost Station spesialis upgrade turbo mesin diesel di Bekasi.
"Sebagai contoh, rasio tekanan kompresi mesin Kijang Innova diesel 2KD mencapai 22:1, bila upgrade turbo berketekanan tinggi harus dikurangi," tambahnya.
Hal ini karena tekanan kompresi yang semakin tinggi bila tidak diimbangi dengan kemampuan mesin maka bisa terjadi mesin jebol.
Tekanan turbo yang tinggi akan memaksa komponen piston dan setang piston menerima beban kerja lebih tinggi.
(Baca Juga: Referensi Modif Toyota Camry Lama Bergaya Racing, Enggak Modal Serat Karbon Doang)
"Ini terkait durability atau ketahanan mesin nantinya, kalau dipaksakan tidak turun kompresi maka bisa jadi saat putaran tinggi, piston dan setang piston tidak kuat menahan tekanan terlalu tinggi," bebernya.
Lain hal bila komponen tersebut diganti dengan yang lebih kuat.
Kompresi mesin pun bisa dibiarkan dalam keadaan standar dan enggak butuh penyesuaian.