GridOto.com - Apa yang sobat GridOto lakukan ketika melihat ada kecelakaan di depan mata?
Tentunya menolong para korban dong ya. Eits, tapi hal ini sangat jarang sekali kita temui di zaman sekarang.
Alasannya karena kini para masyarakat lebih suka menjadikan kecelakaan tersebut sebagai bahan media sosialnya. Nah lho!
Hal itulah yang disampaikan oleh Pengamat transportasi Djoko Setijowarno.
(Baca Juga: Human Error Sebabkan 80 Persen Kecelakaan di Tol Cipali, Pengelola Akan Tambah Lajur Tol)
"Sekarang masyarakat kita sudah mulai kehilangan rasa empati dan simpati terhadap korban kecelakaan," kata Djoko kepada GridOto.com di Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Bahkan lanjut Djoko, hampir setiap hari, jam dan detik disuguhi informasi-informasi tentang kecelakaan khususnya di jalan raya.
"Sekarang publik sudah mulai "menikmati" suatu kecelakaan. Tiap kali ada kecelakaan selalu diviralkan, dishooting bagian-bagian yang mengerikan. Dan dengan bangganya menjadi komentator yang menyiarkan secara langsung dan terdepan," bebernya.
Hanya untuk mengejar eksistensi tanpa melihat kondisi yang direkam, merasa bangga karena sudah mengeshare video atau foto korban yang justru tidak dia tolong.
(Baca Juga: Blak-blakan Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub: Zero ODOL Hindari Kecelakaan )
Menolong korban memang tak boleh sembarangan, namun bukan berarti kita harus ‘membiarkannya’ terkapar di tengah jalan.
Djoko mengaku, permasalahan keselamatan jalan tidak hanya dihadapi dalam skala nasional saja, tetapi juga menjadi masalah global.
Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih dari 3.000 jiwa per harinya.