Kerja Jadi Ojol Kurangi Tingkat Pengangguran? Padahal Ini Faktanya

M. Adam Samudra - Sabtu, 9 November 2019 | 13:01 WIB

Ilustrasi driver ojol (M. Adam Samudra - )

GridOto.com - Keberadaan transportasi online yang semakin berkembang di Indonesia, telah merubah banyak hal dalam kultur budaya masyarakatnya.

Para driver itu, seakan telah menjadi kebutuhan utama sebagai sarana berkendara di jalanan.

Melihat trend positif tersebut, tak heran jika akhirnya banyak dari mereka yang beralih profesi menjadi driver online.

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno mengatakan, dari hasil survey yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan di lima kota (Jabodetabek, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta) 4-7 Mei 2019.

(Baca Juga: Viral Anggota Polisi Berlaku Kasar Pada Ojol, Begini Komentar Petinggi Polisi)

Bahkan dalam data tersebut, pekerjaan sebelum menjadi pengemudi ojol adalah tanpa pekerjaan alias pengangguran hanya (18 persen).

Selanjutnya wirausaha (44 persen), BUMN/Swasta (31 persen), pelajar/mahasiswa (6 persen) dan ibu rumah tangga (1 persen).

Pekerjaan utama sebagai pengemudi ojol sebanyak 84,4 persen Sisanya 15,6 persen berprofesi pekerja BUMN/Swasta (6,5 persen), ibu rumah tangga (6,1 persen), pelajar/mahasiswa (6,5 persen), ASN (1,7 persen), wiraswasta (01, persen) dan lain-lain (1,1 persen).

Sebanyak 91 persen, sepeda motor milik sendiri.

(Baca Juga: Ojek Online 'Gaspol' Mengaspal di Jawa Barat, Begini Tanggapan Pengguna)

Lain halnya dengan sewa 5 persen dan milik orang lain 4 persen.

Sebanyak 91 persen, sepeda motor milik sendiri. Sewa 5 persen dan milik orang lain 4 persen.

Jam beroperasi dalam sehari terbesar kisaran 10-12 jam (31,94 persen), 7-9 jam (23,29 persen), 12-14 jam (18,51 persen), lebih dari 15 jam (12,47 persen), 4-6 jam (11,75 persen) dan 1-3 jam (2,04 persen).

Jumlah pesanan atau order dalam sehari terbanyak 5-10 kali (40,22 persen).

Kemudian berikutnya 11-15 kali (30,86 persen), 16-20 kali (16,05 persen), kurang dari 5 kali (6,83 persen) dan 21-25 kali (4,27 persen).

"Jadi, kurang benar jika selama ini ada anggapan kalau bisnis ojol itu mengurangi pengangguran. Yang pasti adalah beralih profesi menjadi pengemudi ojol karena tawaran penghasilan yang memikat saat itu," ujar Djoko kepada GridOto.com di Jakarta, Sabtu (9/11/2019).

"Namun akhirnya sekarang terjerat dan untuk kembali ke pekerjaan semula alami kesulitan. Kecuali sudah memiliki keahlian khusus, seperti pertukangan, petani dapat kembali ke profesi semula. Bagi yang pekerja kantoran, sulit kembali bekerja di kantor sebelumnya," tutupnya.