GridOto.com - Tentu ketika Anda membeli sebuah mobil, salah satu variabel yang menjadi anjuran pabrikan dalam penggunaan adalah bahan bakar dengan oktan tertentu.
Kebanyakan mobil yang diproduksi saat ini dianjurkan untuk menggunakan bahan bakar 92, bahkan kerap kali pabrikan harus membubuhi sticker untuk mengingatkan pemiliknya.
Mobil sport atau mobil dengan turbo, bahkan meminta oktan lebih tinggi sehingga Anda disarankan untuk membeli bahan bakar termahal dengan angka oktan 95 atau 98.
Rasio kompresi mesin, adalah salah satu alasan pabrikan mengeluarkan angka anjuran oktan BBM tersebut.
Memang kenyataannya, mobil seperti Toyota Calya dan Sigra yang dianjurkan untuk menggunakan bahan bakar beroktan 92 memiliki kompresi mesin yang tinggi.
(Baca Juga: BBM Naik, Ini Dampak Ganti BBM Lebih Murah dengan Oktan Rendah)
"Kebanyakan mobil saat ini memang high compression, karena mesin dengan kompresi tinggi memiliki efisiensi pembakaran yang lebih baik. Toyota Calya itu rasio kompresinya 11,5:1," ungkap Totok Trilaksono, Kepala Bengkel Auto2000 Rajabasa, Lampung.
Lalu, mengapa semakin tinggi kompresi mesin sebuah mobil, anjuran oktan bahan bakar dari pabrikan juga lebih tinggi?
Yang pertama kita harus pahami adalah, bagaimana mesin bakar dalam mobil bekerja.
Kebanyakan mesin mobil saat ini adalah mesin 4-stroke (langkah) atau 4-tak yang istilahnya lebih populer digunakan pada sepeda motor.
Setiap langkah adalah compression stroke di mana ruang silinder mesin akan terisi penuh oleh bensin dan udara yang terkompresi atau tertekan ke volume ruang bakar yang lebih kecil sebelum terbakar oleh busi.
(Baca Juga: Mazda SKYACTIV-X, Mesin Kompresi Tinggi Yang Suka BBM Oktan Rendah)
Rasio kompresi adalah perbandingan antara volume total ruang silinder dengan volume ruang bakar.
Volume total, adalah besar volume mesin saat piston berada di TMB (titik mati bawah) ditambah dengan volume ruang bakar.
Sementara volume ruang bakar, adalah ruang yang tersisa didalam silinder mesin ketika piston tepat berada di TMA (titik mati atas).
"Ibaratkan silinder mesin volumenya 200 cc. Ketika piston turun ruang silinder dapat menghisap 200 cc campuran bensin dan udara. Saat piston di TMA, campuran tersebut akan memadat. Jika volume kepadatan itu 20 cc, berarti rasionya 10:1," terang Totok.
Semakin tinggi kompresinya, artinya tekanan dalam ruang bakar semakin besar.
(Baca Juga: Kualitas Bahan Bakar Jelek Bikin Cepat Keluar Duit Beli Busi Baru)
Apa kaitannya dengan anjuran bahan bakar dari pabrikan?
"Nah, dalam keadaan normal. Bensin dan udara yang terkompresi itu akan dibakar oleh busi di TMA. Tetapi, ada keadaan di mana campuran tersebut meledak terlebih dahulu sebelum terbakar oleh busi. Itu yang disebut detonasi dan terjadilah knocking," tambahnya.
Nilai oktan adalah nilai kekuatan bahan bakar terhadap tekanan sebelum terbakar dengan sendirinya.
Semakin besar nilai oktan pada bahan bakar, maka semakin tinggi pula tekanan udara yang mampu ditahan.
Karena itu, semakin tinggi kompresi mesin atau tekanan dalam ruang bakar, dibutuhkan bahan bakar yang memiliki performa ketahanan lebih baik alias beroktan tinggi.
(Baca Juga: Sejumlah SPBU Kehabisan Stok BBM Jenis Premium, Pertamina Jelaskan Alasannya)
Artinya, anjuran oktan pada bahan bakar bukan cuma sekadar angka.
Menggunakan bahan bakar oktan rendah seperti Premium pada mobil modern dengan kompresi tinggi dapat menyebabkan detonasi.
Detonasi akan menimbulkan gejala knocking atau ngelitik yang berisiko merusak mesin mobil.