GridOto.com - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) akui masih banyak sopir yang mengeluhkan adanya pungli (pungutan liar) yang kerap dilakukan preman, oknum petugas kepolisian hingga petugas dinas perhubungan.
"Kalau lihat keluhan teman-teman masih banyak pungli, sebenarnya kalau kita bicara soal pungli ada dua hal. Pertama, kalau truk overload sudah tahu melanggar saat melintas terus dia (sopir) memberi sejumlah uang," ujar Wakil Ketua Aptrindo, Kyatmaja Lookman kepada GridOto.com di Jakarta, Sabtu (12/10/2019).
"Nah itu terjadi karena masih tinggi angka pelanggaran lalu lintas di Indonesia dimana 70-80 masih over," sambungnya.
(Baca Juga: Pungli Jasa Derek di Tol JORR Masih Terjadi, Kali Ini Korbannya Diminta Rp 700 Ribu)
Ia menyatakan, pemberantasan pungli di jalan raya terhadap sopir truk pengangkut barang masih terus dilakukan
Bahkan, sebelumnya para sopir pernah mengadu ke Presiden Joko Widodo pada Mei 2018 lalu.
"Belum ada terobosan, karena sifatnya kagetan kalau sudah viral baru digrebek. Jadi sampai sekarang tidak ada perubahan," ungkap Kyatmaja lagi.
"Sebenarnya dari dulu kita sudah bekerja sama dengan kepolisian tapi sepertinya sibuk terus, jadi kita binggung," kata dia.
(Baca Juga: Ketahuan Merekam Aksi Pungli, Seorang Pria Kena Hajar Oknum Polisi)
Ia juga mendesak supaya siapapun pelaku pungli dan pemalakan terhadap sopir truk ditangkap dan kandangkan, serta usut sindikat yang membekingi kegiatan pungli tanpa pandang bulu.
Pungutan liar di jembatan timbang terjadi jika truk barang melebihi kapasitas yang ditentukan di daerah itu.
Selama ini, menurutnya, truk yang dinilai tidak melebihi muatan di satu jembatan timbang kerap dinilai melebihi muatan di tempat lainnya.
"Dibanding daerah lain seperti Sumatera, itu biasanya masyarakat yang menjadi preman dengan meminta uang sambil menunggu di jembatan timbang," beber Kyatmaja.
"Dengan alasan akan lolos jika memberikan mereka sejumlah uang. Bahkan di Bengkulu saja ada masyarakat yang merusak jalan agar truknya di derek. Bahkan di Tanjung Priuk saja ada yang menjual harga minuman kemasan Rp 50 ribu, parahnya lagi bahkan ada yang mengambil aki hingga ban cadangan," tuturnya.