Impor BBM Melejit Hambat Pertumbuhan Ekonomi, Kendaraan Listrik Bisa Jadi Solusi?

Latifa Alfira Ulya - Sabtu, 12 Oktober 2019 | 13:25 WIB

Ilustrasi pengisian BBM (Latifa Alfira Ulya - )

GridOto.com - Impor bahan bakar minyak (BBM) yang semakin melejit bisa menjadi masalah yang akan membebani ekonomi Indonesia ke depan.

Melansir dari Tribunnews.com, hal ini disampaikan oleh Deputi I Kepala Staf Kepresidenan, Darmawan Prasodjo.

Menurutnya, dalam sepuluh tahun ke depan impor BBM di Indonesia bakal menghambat pertumbuhan ekonomi.

Hal ini lantaran besarnya biaya impor yang terus meningkat karena didukung juga dengan pertumbuhan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun.

Darmawan menjelaskan, Indonesia saat ini harus mengalokasikan lebih dari Rp 300 triliun setiap tahun untuk mengimpor minyak mentah maupun olahan.

(Baca Juga: Menuju Era Elektrifikasi, BPPT Siapkan Fasilitas Uji Propulsi untuk Kendaraan Listrik)

"Apabila Indonesia mengimpor BBM sebesar Rp 140 triliun saja atau 1 persen dari PDB kita, itu bisa mengurangi satu persen pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Darmawan, Rabu (9/10/2019).

"Kalau impornya sekitar Rp 320 triliun sampai Rp 340 triliun, pengurangannya terhadap pertumbuhan ekonomi sekitar 2,4 persen sampai 2,5 persen,” imbuhnya.

Semula, pemerintah menargetkan pembangunan jalan baru nasional sepanjang 2.600 kilometer, namun realisasinya lebih dari 3.000 kilometer.

Akibatnya, pembelian mobil oleh masyarakat juga mengalami peningkatan.

Situasi ini kemudian mendongkrak konsumsi BBM yang tadinya sekitar 1,4 juta barel per hari, diprediksi 10 tahun dari sekarang bisa mencapai 2,2 juta barel per hari.

(Baca Juga: Makin Banyak Kendaraan Listrik, Tarif Ngecasnya Bakal Makin Murah?)

“Saya pikir, nanti impor BBM Indonesia tidak lagi Rp 300 triliun per tahun, melainkan meningkat menjadi Rp 1.000 triliun per tahun. Ini bisa mengurangi pertumbuhan ekonomi,” jelas Darmawan.

Ia menambahkan, Presiden Jokowi telah mengantisipasi dan memberikan jalan keluar atas permasalahan itu dengan mengeluarkan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang kendaraan listrik.

Darmawan menjelaskan, apabila pakai mobil listrik sekelas Toyota Innova, untuk jarak 10 kilometer butuh 2 kWh yang harganya sekitar Rp 1.500 per kWh.

“Sementara kalau pakai mobil bensin, satu liter pertalite sekitar Rp 8.000-an. Jadi biaya pakai mobil listrik lebih murah,” urainya.

Perpres kendaraan listrik yang baru ini menurut Darmawan akan menekankan pemberian keringanan pajak hanya kepada kendaraan yang menggunakan baterai, bukan lagi fokus soal pengurangan emisi.

Artikel ini dikutip dari Tribunnews.com dengan judul Impor BBM Sentuh Rp300 T, Mobil Listrik Diharapkan Jadi Solusi