GridOto.com - Meskipun sempat populer di Eropa pada tahun 1950-an, mobil bermesin dua tak tetaplah menjadi suatu hal yang tidak lazim.
Apalagi pada pertengahan dekade '90-an, mobil dengan mesin dua tak bisa dikatakan sudah punah, utamanya karena masalah emisi.
Lantas, mengapa pada tahun 1996, mobnas Maleo gagasan B.J. Habibie malah akan menggunakan mesin dua tak?
Ada beberapa alasan, tapi yang harus pertama diketahui adalah mesin dua tak yang digunakan Maleo bukanlah seperti yang ada di motor macam RX-King, F1Z R, atau NSR 150 SP.
Mesin yang akan disematkan pada Maleo adalah mesin dua tak dengan sistem Orbital, atau lebih lengkapnya Orbital Combustion Process (OCP).
(Baca Juga: Ada yang Unik di Mobnas Maleo yang Direncanakan B.J. Habibie, Ini Tepatnya!)
Tidak seperti mesin pada umumnya yang pistonnya bergerak naik turun, ‘piston’ di mesin orbital bekerja nyaris seperti mesin rotari, tetapi dengan lebih banyak sisi.
David Shawcross, yang kala itu menjabat sebagai manajer commercial engineering Orbital Engine Company (OEC) Australia, menyebutkan beberapa keunggulan mesin tersebut.
Pertama, mesin OCP lebih sederhana (339 parts vs 559 parts) dibandingkan dengan mesin 4-tak biasa, sehingga bobotnya lebih ringan (85 kg vs 120 kg) dan lebih murah.
Kemudian, tenaga yang dihasilkan oleh mesin OCP juga tidak kalah besar, yakni 58 dk per 1.000 cc, dan bisa menjadi 72 dk kalau katupnya ditambah.
Tapi bagaimana dengan emisinya? Bukannya mesin 2-tak kala itu masih terkenal ‘ngebul’ ya?
(Baca Juga: B.J. Habibie Sempat Berencana Buat Mobil Nasional, Namanya Maleo)
Untuk kebanyakan mesin dua tak saat itu yang masih menggunakan karburator ya pasti tinggi, tapi tidak begitu untuk mesin OCP.
Karena mesin OCP sudah menganut sistem injeksi untuk memasok bahan bakar ke ruang bakarnya.
Walhasil, pembakaran pun menjadi jauh lebih bersih dibandingkan mesin dua tak tradisional pada saat itu.