Tabrakan Beruntun di Cipularang, Pengamat : Presiden Harus Turun Tangan

M. Adam Samudra - Rabu, 4 September 2019 | 16:05 WIB

Situasi di sekitar lokasi kecelakaan beruntun yang terjadi di KM 91 Tol Cipularang. (M. Adam Samudra - )

GridOto.com - Presiden diharapkan turun tangan atas kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Senin (2/9/2019) yang melibatkan 21 kendaraan dan ada delapan orang meninggal. 

Pakar transportasi Djoko Setijowarno mengatakan seharusnya Indonesia bisa melihat negara lain, seperti Korea Selatan dalam kurun waktu 20 tahun dapat menurunkan angka kecelakaan lalu lintas hingga 60 persen.

"Caranya tidak jauh beda dengan di Indonesia, bisa jadi yang membedakan adalah semangat untuk mematuhi aturan berlalu lintas demi keselamatan," kata Djoko di Jakarta, Rabu (4/9/2019).

"Sudah saatnya Presiden harus turun tangan untuk menekan angka kecelakaan di Indonesia yang kian parah dan memprihatinkan," imbuhnya.

(Baca Juga: Kecelakaan di Tol Cipularang Sering Dikaitkan dengan Kisah Mistis, Ini Penjelasannya Secara Teknis)

Menurutnya, kecelakaan lalu lintas berulang di jalan Tol Cipularang. Kecelakaan beruntun yang melibatkan 20 kendaraan sungguh menyedihkan.

Bbatas kecepatan di ruas tol, pasti sudah diberikan dan dipasang rambunya, namun ia bilang, apakah hal itu dipatuhi?

Secara umum terjadinya kecelakaan disebabkan empat faktor, yaitu manusia (human error), prasarana transportasi, sarana transportasi dan kondisi lingkungan.

Jalan tol yang sudah dioperasikan sudah dapat dipastikan sudah lulus uji laik fungsi jalan tol yang dilakukan bersama Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Direktorat Jenderal Bina Marga dan Korlantas Polri.

(Baca Juga: Ternyata Banyak Kecelakaan Maut yang Terjadi di Tol Cipularang, Ini Daftarnya)

Ia menambahkan, jika melihat begitu berantakannya posisi dan kondisi mobil-mobil tersebut, sepertinya kecepatan tinggi semua kendaraan.

"Terutama untuk mobil-mobil penumpang. Pengawasan terhadap kecepatan laju kendaraan di jalan tol kelihatannya masih sangat lemah," tuturnya.

Masyarakat pengguna jalan di Indonesia masih menyedihkan kadar disiplinnya dan juga pengawasan yang lemah di jalan termasuk jalan tol.

Untuk itu, ia menilai, perlu ada petugas khusus di tiap tol gate yang "melihat" kondisi teknis dan kelengkapan mobil.

"Misalnya lampu belakangnya tidak ada, maka di rest area pertama atau disiapkan tempat khusus setelah tol gate untuk menindaklanjuti mobil-mobil barang bermasalah tersebut," tuturnya.