GridOto.com - Sebuah insiden tabrakan karambol terjadi di ruas Tol Cipularang KM 92, Purwakarta, Jawa Barat, Senin (2/9/2019).
Kejadian yang melibatkan 21 kendaraan tersebut terjadi akibat dump truck yang mengalami rem blong sehingga terguling dan menyebabkan kepadatan lalu lintas.
Tak lama ada dump truck lainnya yang tak mampu menghentikan lajunya sehingga menubruk antrean kendaraan tersebut.
Berkaca dari kejadian tersebut, sistem pengereman yang mengalami brake loss atau blong masih menjadi momok yang menakutkan.
Kenyataannya, kendaraan besar seperti truk dan bus sudah dibekali dengan sistem pengereman udara yang mumpuni untuk menghentikan laju kendaraan.
(Baca Juga: Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Begini Posisi Kaki Saat Mengerem)
Jika sistem pengereman mobil menggunakan media fluida minyak rem untuk menekan kampas, kendaraan besar membutuhkan bantuan sistem pengereman udara atau rem angin.
Karena tekanan berlebih pada minyak tentu bisa membuat titik didih minyak rem meningkat tinggi, sehingga minyak rem kehilangan kemampuan untuk menekan.
"Versi air over hydraulic yakni kampas tetap ditekan dengan minyak rem. Bedanya, udara bertekanan yang digunakan untuk mendorong minyak rem tersebut," urai Roffi Tresmawan, Training Publikasi Dept. PT. Hino Motor Sales Indonesia (HMSI).
Dimensi dan bobot kendaraan yang besar, tentu bikin rem turut bekerja ekstra.
Pastinya, kekuatan kaki enggak bakal cukup kalau hanya mengandalkan booster layaknya mobil konvensional.
(Baca Juga: Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Begini Posisi Kaki Saat Mengerem)
Maka dari itu, pada mesin terdapat kompresor yang berguna untuk membangkitkan udara bertekanan, yang kemudian disimpan dalam tangki khusus.
Beda dengan zat cair yang akan menghasilkan tekanan yang sama ke segala arah, udara mempunyai sifat bisa dikompresi.
Maka, tangki tersebut menjaga udara tetap di tekanan tertentu agar dapat bekerja.
Nah, kalau full air system, minyak rem sudah ditinggalkan.
Gantinya, seluruh sistem pengereman mengandalkan udara bertekanan untuk mendorong kampas rem.
Karena bentuk batang pendorongnya seperti huruf S, maka disebut juga S-cam.
Awalnya, udara dari kompresor akan disaring, agar air yang terkandung tidak ikut masuk dalam sistem rem.
Seandainya masuk pun, air yang terlanjur masuk masih bisa dibuang melalui drain valve yang terdapat di bagian bawah tangki.
Tekanan udara dalam tangki dijaga oleh gorvernor, lalu nantinya akan diteruskan menuju rem depan ataupun belakang, melalui brake chamber.
"Pada bus Hino, tekanan dalam tangki dijaga sebesar 8,5 bar," ungkap pria ramah ini.
(Baca Juga: Baca Juga: Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Begini Cara Jaga Jarak Aman)
Tentunya, sebesar apa udara akan mendorong kampas, berdasarkan perintah dari tekanan pada pedal rem.
Pada bagian brake chamber terdapat per atau pegas berukuran besar yang mempunyai tekanan besar, berfungsi untuk menekan kampas rem.
Saat pengereman normal, udara bertekanan yang tersimpan digunakan untuk mendorong pegas tersebut agar kampas tidak mengerem.
Ketika rem parkir diaktifkan, maka tuas justru akan membuang udara pada brake chamber agar rem selalu terkunci dengan tekanan dari pegas tersebut.
Jadi, sebenarnya istilah rem blong pada bus dengan full air system bisa dikatakan sangat kecil terjadi.
(Baca Juga: Korban Kecelakaan di Tol Cipularang Bisa Klaim Asuransi ke Jasa Raharja, Begini Aturannya!)
Kecuali, mekanik atau sistem perawatan masing-masing operator bus tersebut memang sengaja melonggarkan rem parkir.
Tujuannya beda-beda, bisa jadi akibat kompresor terlalu lemah untuk menghasilkan tekanan yang diinginkan, atau bisa jadi ada kebocoran pada jalur udara.
Yuswadi, Head of Technical Service Department PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), berujar jika ada banyak faktor yang menyebabkan rem blong.
"Apalagi saat membawa beban berat, rem tangan pun kayaknya sudah enggak mampu. Mau diganjal juga susah, sempat atau tidak?" ujarnya kepada GridOto.com beberapa waktu lalu.
Ia pun mengatakan, cara paling aman mengatasinya adalah dengan memanfaatkan engine brake pada kendaraan.
(Baca Juga: Ini Penjelasan Instruktur Safety Driving Soal Jarak Aman Mengemudi)
"Jadi biasanya kalau turunan enggak boleh netral, nah mungkin kalau ngeblong saat mundur, harus masuk gigi mundur agar mendapat engine brake," terang Yuswadi.
Yuswadi bercerita, biasanya sopir yang berpengalaman akan mempertahankan gigi 1 saat berada di turunan.
Tak hanya untuk mendapatkan engine brake tetapi juga untuk mendapat momentum saat menanjak kembali.