GridOto.com – Akhirnya pemerintah mengumumkan regulasi baru soal mobil ramah lingkungan. Termasuk mobil hybrid dan listrik.
Diyakini lewat regulasi pajak barang mewah yang berdasarkan emisi gas buang membuat harga mobil listrik jadi terjangkau.
Tidak semua bisa menjual mobil hybrid dan listrik dengan menikmati fasilitas pajak lebih rendah.
Hanya yang berkomitmen merakit lokal dengan kandungan bahan baku lokal 35% yang diizinkan.
Regulasi baru ini berlaku mulai tahun 2021 atau 1,5 tahun lagi dari sekarang.
Toh begitu sudah mulai ada yang curi-curi start. Toyota sudah 10 tahun menjual hybrid di Indonesia.
Langkah Toyota meluncurkan C-HR bermesin hybrid jadi kelanjutan keseriusan mereka.
Ke depan, Toyota menyebut bakal menghadirkan varian hybrid lain. Bisa jadi Prius atau bahkan Mirai yang berbahan bakar hidrogen.
Toyota menyebut Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) paling cocok buat Indonesia saat ini.
PHEV memungkinkan mobil memiliki opsi berjalan pakai tenaga motor bakar atau motor listrik. Juga kombinasi keduanya.
Pasokan listriknya disuplai dari motor bakar atau dicolok langsung ke sumber listrik.
Toyota berkeyakinan PHEV solusi atas minimnya pembangunan infrastruktur charging station di Tanah Air.
Boleh saja Toyota berpendapat begitu. Meski membangun Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) tak sesulit dan semahal Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Bisa jadi pula Toyota memang tidak siap dengan mobil full listrik.
Mercedes-Benz juga akhirnya menjual secara resmi mobil hybrid untuk pertama kali di Indonesia.
Menarik disimak, Mercy justru memilih E-Class (E 300 EQ Power) sebagai PHEV pertama yang dijual. Bukan di SUV atau sedan kompak mereka.
Segmen konsumen E-Class diyakini Mercy rela membayar lebih mahal untuk mobil PHEV dibanding varian lainnya.
Maklum, harga E 300 EQ Power cukup mahal, yaitu Rp 1,899 miliar atau lebih dari Rp 2 miliar setelah pajak.
Bayangkan harga ini setara dengan varian di atasnya yaitu Mercedes-benz S-Class.
BMW malah lebih berani dengan menjual mobil full listrik pertama di Indonesia di i3S.
Harganya mahal, yaitu Rp 1,299 miliar atau sekitar Rp 1,5 miliar termasuk pajak.
BMW i3S melengkapi varian i8 yang hadir lebih dulu dalam bentuk PHEV.
Mitsubishi juga sudah menjual Outlander PHEV dengan banderol Rp 1,289 miliar atau sekitar Rp 1,5 miliar dalam kondisi on road.
Agak sulit memang membayangkan konsumen saat ini mau membelanjakan uang sedemikian besar untuk mobil PHEV dan full listrik.
Meski biaya pemakaian bisa jauh lebih rendah dibanding mobil bermesin bakar, namun nilai ekonomisnya baru didapat jangka panjang.
Diharapkan dengan regulasi baru mobil listrik nanti, harga jual semua mobil hybrid Toyota (Camry, Alphard dan C-HR), Mercy, Mitsubishi dan BMW bisa turun.
Sulit memang berharap harganya nanti lebih murah dari mobil bermesin konvensional.
Biar bagaimanapun mobil PHEV atau malah full listrik memakai baterai yang harganya masih mahal.
Namun setidaknya nilai ekonomisnya bisa didapat dalam waktu pendek.
Mungkin hanya 1 tahun sudah lebih murah dibanding biaya operasional mobil bermesin bakar.
Kejutan bisa jadi muncul saat ada pabrikan yang menjual mobil listrik dengan harga terjangkau. Katakan di bawah Rp 500 jutaan.
Potensi mobil full listrik murah bisa saja muncul di Indonesia pasca aturan baru nanti.
Bisa dari pabrikan Jepang seperti Nissan Leaf atau bahkan pabrikan Cina lewat DFSK Glory E3.
Pabrikan Cina memang berpotensi besar merebut pasar mobil full listrik murah.
Cina superior di mobil full listrik bahkan mengalahkan pabrikan Jepang dan Eropa sekalipun.
Teknologi dan bahan baku baterai dikuasai Cina sehingga mobil full listrik mampu dijual dengan harga lebih murah.
BYD lewat e6 sebenernya sudah dipakai sebagai taksi di Jakarta. Namun sebatas itu.
Saat saya konfirmasi ke perwakilan BYD di Indonesia yang dipegang grup Bakrie, mereka mengaku hanya mau menjual bus saja.
Tak menutup kemungkinan BYD passenger car masuk lewat perusahaan lain.
Lantas ada juga pabrikan Inggris yang sahamnya sudah dimiliki perusahaan Cina yaitu MG.
MG punya varian SUV full listrik yang dinamakan ZS EV. Produknya sudah dijual di Thailand dengan harga di kisaran Rp 500 jutaan.
Pabrikan Korea yaitu Hyundai juga sudah mengintip bahkan sempat menemui presiden Jokowi untuk membulatkan niatnya memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Hyundai punya Kona dan saudara kandungnya Kia juga punya e-Niro. Keduanya SUV full listrik yang bermain di segmen menengah.
Dalam setahun ke depan saya prediksi akan banyak pabrikan mobil listrik yang melirik pasar Indonesia.
Kita tunggu saja. Mobil listrik seperti apa yang bakal diminati konsumen Tanah Air. ***
*Penulis adalah wartawan otomotif sejak tahun 2000 di berbagai media grup Kompas Gramedia, seperti tabloid Otomotif, majalah Otosport, majalah Auto Bild Indonesia dan saat ini di GridOto.com.