GridOto.com - Uji emisi pada mobil dilakukan untuk melihat kadar gas buang pada mobil dan menentukan kelulusan mobil dalam baku mutu emisi yang telah ditetapkan.
Ada beberapa parameter yang dapat dilihat pada pengujian tersebut, yaitu karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), hidrokarbon (HC), dan lambda (Λ).
Tak hanya parameter gas buang, ternyata uji emisi juga dapat memperlihatkan masalah pada mobil.
"Kita bisa mengetahui bahan bakar terlalu boros atau irit, ada oli yang masuk ke ruang bakar karena ring piston rusak, dan melihat pengapian mobil," terang Rendi Cristian Darmawan, Kepala Mekanik Nawilis Radio Dalam, Jakarta Selatan.
Jika nilai emisi gas buang terbilang tinggi, ada kemungkinan catalytic converter atau sensor O2 ada yang bermasalah.
(Baca Juga: Gawat! Hanya Karena ini Sensor Oksigen O2 Mobil Jadi Cepat Rusak)
"Biasanya catalytic converter jarang rusak, jadi bisa jadi sensor O2 yang rusak", ujar Rendi.
Karena sensor yang rusak, akhirnya nilai yang diproses oleh ECU pun menjadi kurang tepat dan mengakibatkan AFR (air fuel ratio) yang kurang baik karena injektor tidak mengabuti bensin dengan tepat.
Akibatnya, campuran udara pada bahan bakar menjadi rendah dan akan mengakibatkan nilai karbon monoksida yang tinggi.
"Kalau angka HC yang tinggi itu dari bahan bakar yang tidak terbakar. Berarti pengapiannya yang bermasalah, bisa busi atau koilnya," ungkap Rendi.
Tak hanya itu, oli yang masuk ke dalam ruang bakar karena ring piston yang rusak juga dapat mengakibatkan nilai emisi yang tinggi.