GridOto.com - Mengantisipasi naiknya jumlah penumpang akibat sistem ganjil genap, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) beberapa waktu lalu mengumumkan akan menambah jumlah armada bus-nya.
BPTJ menargetkan 2.000 unit bus tambahan sudah beroperasi di tahun 2020 dari total 41.000 unit dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Kepala Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Bambang Prihartono mengatakan, rencananya bus tersebut akan berbahan bakar listrik.
"Sebelumnya bus listrik kan sudah kami coba dengan rute Summarecon - Jakarta, dan penambahan bus ini juga akan menggunakan bahan bakar listrik demi menekan tingkat polusi," kata Bambang, Jumat, (16/8/2019).
(Baca Juga: Pengguna Angkutan Massal di Jabodetabek Cuma 8 Persen, BPTJ Ajak Masyarakat Kurangi Polusi Dengan Cara Ini)
Bambang mengungkapkan, bus listrik tersebut saat ini masih dalam tahap pra produksi dan tidak dikelola oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Bus listrik ini pihak swasta yang mengurus, yaitu PO seperti PPD, Damri, Transjakarta dan 2 ribu unit itu saat ini baru akan di produksi," tutur Bambang.
Bambang menuturkan, bus listrik ini akan tersedia dalam berbagai ukuran.
"Jadi bus ini akan tersedia dari ukuran yang besar sampai yang medium juga ada untuk menggantikan kopaja dan metro mini sampai yang kecil menggantikan angkot."
(Baca Juga: BPTJ Minta Masyarakat Mendukung Perluasan Aturan Ganjil Genap)
Bambang menambahkan, BPTJ dan Kemenhub menargetkan pada tahun 2029 fasilitas pengecasan tersedia di jalan setiap jarak 2 km.
"Kami merencanakan 10 tahun mendatang yaitu tahun 2029, kami bikin roadmap dan sediakan fasilitas pengecasan tiap 2 kilometer dan untuk waktu dekat ini mungkin akan diletakkan per-terminal bus," katanya.
BPTJ juga berencana menggunakan pelat nomor hijau pada bus listrik, menggantikan pelat nomor berwarna kuning yang biasa dipakai di angkutan umum.