Hasilnya, Honda Blade yang dites punya nilai CO (karbon monoksida) 0,17 % atau masih lolos karena berada di bawah ambang batas CO yang ditetapkan yakni 5,5 %.
Untuk nilai CO2 (karbon dioksida) tercatat angka 6,4 % jauh di bawah angka ideal. Angka CO2 yang ideal seharusnya memiliki nilai diatas 12 %, semakin tinggi semakin baik.
Selanjutnya nilai HC (hidrokarbon) tercatat 1.836 ppm mendekati ambang batas yang ditetapkan 2.000 ppm. Angka HC yang kelewat tinggi menandakan banyaknya bensin yang tidak terbakar sempurna dan ikut terbuang bersama asap gas buang.
Nilai O2 (oksigen) dari Honda Blade tercatat 11,55 %, jauh lebih tinggi dari angka idealnya yakni 2 %. Angka O2 memang tidak boleh melebihi 2 % dan jika mendekati angka 0 itu lebih bagus.
(Baca Juga: Pengendalian Polusi Udara di Jakarta, Pemerintah Masih Ambigu dengan Premium dan Solar)
Terakhir nilai Lambda yang tercatat 1,9. Angka 1,9 juga jauh dari idealnya yakni 1.
Jika angka Lambda melebihi 1,1 ini memiliki arti kalau bensin di ruang bakar terlalu irit. Sedangkan jika kurang dari 0,95 berarti bensinnya terlalu boros.
Dari hasil uji emisi itu bisa dilihat kalau Honda Blade keluaran tahun 2009 yang kami uji masih memenuhi standar emisi gas buang yang ditetapkan.
"Kalau disetting ulang mesinnya sebenarnya bisa lebih bagus hasilnya," ucap Amalina, mekanik dari bengkel mobil Nawilis Tanah Abang, Jakarta Pusat tempat tim GridOto melakukan pengujian.
(Baca Juga: Ternyata Begini Fungsi Traction Control di Motor MotoGP)