GridOto.com - Mobil-mobil modern dengan standar emisi Euro 4 tentu dibekali dengan berbagai komponen untuk menjaga emisi gas buang tetap rendah.
Beberapa diantaranya adalah catalytic converter dan O2 sensor atau sensor oksigen.
O2 sensor sendiri berfungsi untuk memonitor debit oksigen proses pembakaran mesin.
Sensor tersebut berada di pipa exhaust manifold mobil.
"Sensor ini diciptakan untuk memberi input ke ECU soal kepadatan molekul oksigen yang terkandung di dalam gas buang sisa pembakaran," ucap Diko Oktaviano,Technical Support and Product Specialist NGK Busi Indonesia.
(Baca Juga: Gawat! Hanya Karena ini Sensor Oksigen O2 Mobil Jadi Cepat Rusak)
Diko juga mengungkapkan bila molekul oksigen terbaca terlalu padat atau terlalu sedikit maka ECU akan memerintahkan injektor untuk mengkoreksi ulang debit semprotan bahan bakar.
Lalu apa yang terjadi jika o2 sensor tidak dapat membaca debit oksigen dengan akurat?
"Jika salah satu sensor rusak, maka sensor tersebut dapat memberi sinyal yang salah terhadap ECU. Sehingga semprotan injektor pun menjadi tidak tepat. Hasilnya mesin pun tidak dapat bekerja dengan efisien," tambah Diko.
Saat injektor menyemprot bensin terlalu banyak atau sedikit, mesin pun bisa bekerja terlalu lean atau terlalu rich.
Jika hal tersebut terjadi, konsumsi bahan bakar pun bisa menjadi lebih boros.
(Baca Juga: Baca Juga: Video GridOto Tips Terbaru, Cara Membersihkan Injektor Mobil)
Selain konsumsi bahan bakar, mesin mobil juga akan terasa kasar saat berkendara.
Lebih parahnya, risiko mesin rusak pun lebih besar karena ruang bakar tidak bekerja dengan baik.
Hal-hal tersebut dapat membuat Anda tekor apabila tidak segera ditangani.
Maka dari itu, jika Anda memiliki mobil dengan o2 sensor, jangan lupa ikut diperiksa ya!