Sirkuit Berstandar Internasional GBT Surabaya Selalu Sepi, Komunitas Curhat Penyebabnya

Gayuh Satriyo Wibowo - Senin, 8 Juli 2019 | 15:30 WIB

Tampak lintasan balap sirkuit Gelora Bung Tomo Surabaya. (Gayuh Satriyo Wibowo - )

GridOto.com - Surabaya, Jawa Timur resmi memiliki sebuah sirkuit permanen berstandar internasional yang diberi nama Sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) sejak 2017 silam.

Namun sirkuit yang permanen tersebut terkesan sepi akan peminat otomotif yang ramai menggeber kendaraannya dalam kecepatan tinggi.

Hal tersebut karena fasilitas pendukung dan pengelolaan sirkuit yang menjadi kebanggan arek Suroboyo ini diangap kurang memenuhi harapan penggiat balapan motor dan mobil.

Dilansir dari Surya.co.id, Mamad (21) pengurus dari Komunitas Cornering Indonesia Surabaya (Coins), mengeluhkan sejumlah kekurangan yang dirasakan dari sirkuit GBT tersebut.

(Baca Juga: Ada Sirkuit Gratis di GBT Surabaya Tapi Masih Pilih Balap Liar, Ternyata Ini Penyebabnya)

Secara teknis, misalnya persoalan chicane berwarna merah dan putih di tepi kanan atau kiri jalur lintasan dalam kondisi terbalik.

“Kebalik kalau arah putarannya searah jarum jam, jadi seharusnya landai dari arah tikungan racing line. Kalau ini tidak, justru runcingnya yang mengarah ke racing line kalau kena dengkul yang seakan seperti kena pasah (besi tajam),” ungkapnya pekan lalu.

Selain itu, dia juga mengatakan sudut kemiringan aspal pada tikungan juga kurang tepat jika digunakan untuk cornering.

Ia berujar, seharusnya di setiap tikungan ada sisi kemiringan, agar grip ban memiliki daya cengkram.

(Baca Juga: Valentino Rossi Sudah Punya Jurus Jitu Taklukan Sirkuit Sachsenring di MotoGP Jerman Pekan Ini)

“Kalau saat ini rata (di tikungan), jadi kalau ada air ya menggenang,” ujarnya.

Mamad juga menyoroti kondisi aspal di sirkuit Gelora Bung Tomo yang menurutnya kurang bagus.

Jika dibandingkan, kondisi aspal GBT tidak seperti aspal di lintasan balap Kenjeran yang dirasa lebih bagus.

padahal jika hendak melakukan sesi latihan di sana, para penguna lintasan harus merogoh kocek Rp 50 ribu.

(Baca Juga: Delvintor Alfarizi Pembalap AHRT Dapat Pengalaman Baru di MXGP 2019, Torehkan Poin Untuk Indonesia)

Ilustrasi balapan di sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya

Mamad juga menambahkan, pagar besi pembatas letaknya masih terlalu dekat dengan tepi lintasan balap.

Seharusnya pagar besi diberi space agak jauh dari tepi lintasan sehingga apabila ada pembalap yang jatuh lebih dulu mengenai pasir atau rumput baru kena ban yang ditaruh di pembatas jalan tersebut.

Jarak pembatas jalan hanya sekitar 2 meter, padahal dibutuhkan setidaknya 4 meter, khususnya di tikungan.

“Terutama dari R1, mulai top speed ganti gigi 1 langsung belok harusnya pagar besi pembatas jalan agak jauh,” jelasnya.

(Baca Juga: Hasil Lomba MXGP 2019 Palembang, Tim Gajser Masih Jadi Raja, Race 2 Kurang Beruntung)

Dari pengalamannya ketika latihan sempat melihat ada orang latihan jatuh itu hanya sedikit mengenai pasir atau rumput, sehingga langsung membentur ban pada pembatas jalan.

Dia berharap tambahan sirkuit yang berbentuk huruf U segera dibangun lagi untuk dipergunakan latihan.

“Kalau boleh disebut ya ini sirkuit nanggung ya, maksimal untuk kelas 250 cc. Kalau dipakai kelas motor bebek itu harus kerja keras, kalau dipakai kelas motor sport 150 cc maksimal pakai gigi 5 gas belum mentok. Itu belum masuk ke gigi 6, apalagi kelas 250 cc,” bebernya.

Dikatakannya, saat ini keseluruhan lintasan sirkuit Gelora Bung Tomo memiliki panjang 1.200 meter, lebar 8 meter dan delapan tikungan.

(Baca Juga: Ada-ada Aja Deh, Ini Kumpulan Istilah Unik yang Sering Dipakai di Balap Liar)

Kalau ditambah sirkuit berbentuk huruf U, mungkin akan menyesuaikan kecepatannya.

Dari pengalamannya berlatih di sirkuit Gelora Bung Tomo, mengendarai motor 150 cc dari R terakhir dengan posisi gigi 5 yang menggunakan gir modifikasi mampu menorehkan top speed 130 km/jam.

Adanya kendala itu mereka mengakali dengan memberpesar ukuran gir belakang dan gir depan diperkecil.

“Ya kurang maksimal di mesinnya padahal itu masih bisa lebih kencang. Ibaratnya ini sirkuit kan sudah paten tidak bisa diubah lagi padahal kita tahu sendiri semakin berkembang nanti mesin juga akan terus lebih tinggi spek-nya,” ujar Mamad.

(Baca Juga: Berisik dan Ganggu Warga, FPRM Desak Polisi Menertibkan Balap Liar di Aceh)

Komunitas Coins Surabaya sendiri eksis sejak 2010 dan sudah berbadan hukum dengan anggota resmi terdaftar 500 orang.

Mereka pun mencoba konsisten latihan di sirkuit satu bulan sekali dan setiap latihan sekitar 130 peserta turut latihan di sirkuit Gelora Bung Tomo ini.

Rata-rata anggotanya para pekerja hobi kebut-kebutan yang baru tersalurkan saat ini. 

Demi menjaga keselamatan masing-masing anggota, mereka patungan Rp 60.000 untuk biaya ambulans, penjaga lintasan dan lain-lain.

(Baca Juga: Video Joki Balap Jalanan yang Seksi Jesika Amelia Minta Maaf di Depan Polisi Pasca-Kecelakaan)

Komunitas Coins lebih fokus pada kegiatan latihan cornering dan sesekali mengikuti kejuaran balap kelas bebas tanpa dibatasi usia.

“Saya berharap fasilitas sirkuit Gelora Bung Tomo bisa ditingkatkan lagi seperti penambahan paddock atau tribun penonton dan safety,” harapnya.

Ditambahkannya, saat pertama latihan di sirkuit Gelora Bung Tomo sempat terkendala perizinan ribet karena mungkin saat itu 2017 baru pertama dipakai untuk latihan.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul "Sirkuit GBT Selalu Sepi, Komunitas Coins Keluhkan Kondisi Lintasan yang Masih Banyak Kekurangan"