Street Manners: Naik Mobil Manual Tapi Malas Ngoper Gigi? Ini Bahayanya Kata Pakar

Muhammad Rizqi Pradana - Rabu, 26 Juni 2019 | 08:00 WIB

Illustrasi transmisi manual (Muhammad Rizqi Pradana - )

GridOto.com - Mengemudikan mobil dengan transmisi manual memang bisa menjadi hal yang melelahkan, tak heran banyak yang malas oper gigi. Kata pakar, bahaya lo.

Melelahkan terjadi bila terjebak di jalanan yang padat, pasti kaki lama-lama akan terasa pegal menginjak kopling.

Karena itu, banyak pengendara mobil manual yang membiarkan mobil mereka berada di satu posisi gigi saja, kecuali saat menanjak atau berhenti total.

Kebanyakan gigi yang dipilih adalah gigi 3 ataupun 4, karena masih bisa didukung oleh torsi mesin kebanyakan mobil.

Meskipun hemat tenaga, Sony Susmana, selaku Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan praktek tersebut tentunya tidak tepat.

(Baca Juga: Street Manners: Naik Motor Tapi Penumpangnya Gak Mau Pakai Helm? Dendanya Didobel Jadi Segini!)

"Ketika mobil tersebut bertransmisi manual, ya risikonya harus berpindah-pindah gigi sesuai dengan RPM-nya, baik itu saat akselerasi maupun deselerasi," ungkapnya.

Sony juga melanjutkan, "Sebagai seorang operator kendaraan, pengemudi wajib melakukan standar yg dibakukan oleh aturan yang berlaku demi keamanan."

Ia mengatakan bahwa kondisi lalu lintas tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak mengganti gigi.

Karena jika hal tersebut dibiarkan di satu gigi, RPM mesin bisa tidak berada pada power band torsi, sehingga respons mobil bisa menjadi lambat saat benar-benar dibutuhkan.

Sony juga mengatakan bahwa memacu mesin secara paksa dari gigi yang tinggi, gigi 4 ke atas, pada RPM rendah biasanya dapat menyebabkan knocking.

(Baca Juga: Street Manners: Tingkatkan Kewaspadaan Blind Spot Saat Berkendara)

"Dalam jangka panjang, knocking dapat membuat performa mesin berkurang, bahkan sampai rusak," ujar Sony.

"Dari sisi defensive driving, akselerasi dilakukan secara halus dan bertahap supaya pengemudi tidak memaksakan mesin untuk naik ke RPM tinggi," lanjutnya.

Tidak hanya itu, Sony juga mengatakan bahwa malas mengoper gigi juga bertentangan dengan salah satu tujuan dari defensive driving, yaitu Eco Driving.

"Prinsip dari Eco Driving adalah mengoper gigi maksimal di RPM 2.500 pada setiap akselerasi, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi irit," kata Sony.

Ia menutup dengan mengatakan, "Defensive driving bukan irit pindah gigi, tapi memahami cara operasional kendaraan dengan benar sehingga irit bahan bakar, kendaraan terawat, juga tidak membuat pengemudi menjadi agresif."