GridOto.com - Auto Gear Shift, biasa disingkat AGS, merupakan sistem transmisi penggerak Suzuki Ignis tipe GL yang saya pakai pada Holiday Fun Drive 2019.
Selama ini saya lebih familiar menggunakan kendaraan dengan transmisi perpindahan gigi secara manual atau matik saja.
Nah, ini kali pertama saya mendapat kesempatan mencoba transmisi AGS pada Suzuki Ignis dalam kurun waktu lumayan lama.
Saya memakai mobil kompak Ignis bertransmisi AGS ini dengan rute perjalanan dari Jakarta ke Surabaya via tol Trans Jawa.
Inilah pengalaman yang bisa saya bagikan selama menggunakan transmisi AGS.
Transmisi AGS menurut saya lebih fun dibandingkan dengan transmisi manual.
Secara fisik, bentuknya hampir sama dengan transmisi mobil matik lainnya. Hanya saja di tuas AGS tidak terdapat penunjuk 'P' yang menunjukkan posisi gear yang digunakan saat parkir, seperti mobil bertansmisi matik lainnya.
Selebihnya sama, seperti penunjuk posisi N (netral), D (drive) dan R (reverse).
Kalau mau berhenti agak lama karena macet atau ketika parkir, saya cukup memindahkan tuas Ignis AGS di posisi N saja, serta tidak lupa untuk menaikkan rem tangan.
Begitu pula sebaliknya kalau mau jalan lagi, tinggal geser tuas transmisi ke posisi D, lalu turunkan rem tangan. Terus tekan pedal gas, jalan. Lebih sederhana dibanding matik konvensional lainnya.
Selain itu, transmisi AGS tidak bikin capek bagi saya, seperti halnya ketika saya menggunakan mobil bertransmisi manual.
Saat perpindahan gigi, saya tidak direpotkan lagi dengan urusan injak pedal kopling lagi. Kaki kiri saya pun nganggur, hanya kaki kanan saja yang berurusan dengan pedal rem dan gas selama perjalanan.
Begitu pula saat melintasi kemacetan yang mengharuskan ‘stop and go’ seperti saat mengantri di gerbang tol, kaki kanan saya tinggal mainkan gas dan rem saja secara bergantian.
Transmisi AGS yang menempel pada Suzuki Ignis GL ini menggunakan 5 tingkat percepatan.
Perpindahan gigi diatur secara otomatis berdasarkan pada kecepatan dan putaran mesin.
Memang agak sedikit terasa saat perpindahan giginya, bagi saya rasanya unik, ada semacam hentakan lembut sedikit mengayun.
Biasanya terjadi ketika putaran mesin menjelang 2.000 rpm.
Saya mengakalinya dengan mengangkat sedikit kaki kanan saya, pedal gas saya lepas sebentar menjelang angka 2.000 rpm.
Ketika perlu bermanuver lebih, seperti hendak menyalip kendaraan lainnya, saya cukup tekan pedal gas lebih dalam.
Secara otomotis, terjadi perpindahan gigi D5 ke posisi lebih rendah, sehingga putaran mesin akan meningkat seiring dengan pertambahan tenaga yang dibutuhkan.
Begitu pula saat menghadapi tanjakan di ruas tol Semarang-Salatiga. Tanpa perlu was was, saya injak pedal gas lebih dalam, alhasil performa Ignis akan bertambah. Cukup mumpuni saat melewati tanjakan.
Oiyah, transmisi Ignis ini bisa dioperasikan dalam dua pilihan mode, yaitu transmisi manual (M) dan otomatis.
Pada mode matik seperti yang saya pilih, posisi gigi transmisi akan berpindah sendiri layaknya mobil otomatis.
Sedangkan saat menggunakan mode manual (M), pengemudi harus memindahkan tuas transmisi ke arah tanda ( + ) dan ( – ) untuk memindahkan posisi gigi sesuai kebutuhan.
Karena masih nyaman dengan mode transmisi matik, hingga saat ini saya belum tertarik mencoba pilihan mode manualnya.
Mungkin nanti kalau sudah ketemu tanjakan yang terjal.