GridOto.com - Bisa dibilang kata diskon pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai masyarakat Indonesia, tak terkecuali dalam industri otomotif.
Enggak heran, selain menawarkan produk dengan fitur-fitur serta keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh kompetitornya, strategi perang diskon juga digencarakan para pabrikan otomotif guna menarik minat konsumen.
Menanggapi hal itu, Amelia Tjandra, selaku Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengungkapkan, tawar-menawar atau berburu diskon sudah melekat dan menjadi bagian dari budaya belanja masyarakat Indonesia.
Bahkan, mereka sampai rela berburu dari satu dealer ke dealer lainnya yang akrab dengan sebutan shopping around.
(Baca Juga : Blak-blakan Kemas Henry Kurniawan: Strategi Seva.id dalam Menghadapi Dinamisnya Dunia Digital)
"Dari segi global kami harus lihat lagi, setiap negara itu punya budaya belanja masing-masing. Contoh kalau di Jepang kami tahu nawar tidak ada di sana, semua harga fix dan tidak ada ceritanya tawar-menawar," papar wanita yang akrab disapa Amel ini, Kamis (16/5/2019).
"Tapi kalau di Indonesia, kita adalah bangsa yang sangat menyukai tawar-menawar. Apapun ya bukan hanya di pasar, termasuk dalam industri otomotif juga," imbuhnya saat ditemui GridOto.com di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Amel menambahkan, walaupun di era digital seperti saat ini banyak bermunculan toko online untuk memudahkan konsumen dalam membeli sebuah kendaraan.
Tetap saja berburu diskon dari satu dealer ke dealer lainnya gencar dilakukan, dengan tujuan mencari harga terbaik atau bahasa kerennya 'mana yang memberikan diskon lebih besar'.
(Baca Juga : Blak-blakan Niko Kurniawan: Tips Kredit Kendaraan untuk Para Millenial)
"Shopping around itu adalah bagian dari budaya kita, sampai seberapa jauh budaya ini hilang itu mungkin masalah generasi," kata Amel lagi.
"Mereka datang itu tuh membandingkan diskon yang diberikan masing-masing showroom, itu dalam kenyataan otomotif bisnis walaupun secara perusahaan kasihnya 3 tetapi di lapangan salesman itu bisa kasih 4 loh, dengan insentif dia buang," tambahnya.
Selain itu, Amel juga mengungkapkan shopping around dalam platfom digital baru sampai pada tahap informasi.
Sehingga untuk deal diskon atau tawar menawar itu belum bisa dilakukan di online, dan toko offline masih memiliki peran penting dalam hal tersebut.
(Baca Juga : Blak-blakan Halomoan Fischer: Bersaing di Era Digital? Siapa Takut!)
"Kami pernah melakukan secara rutin survey tentang konsumen, orang-orang yang tanda kutip 'sangat mencoba mengerti spek melalui review dan lainnya' paling 20 persen, sedangkan 80 persennya itu maunya secara face-to-face," ucap Amel.
"Tetapi mereka hanya memahami saja, untuk langsung beli tidak. Karena balik lagi ke budaya Indonesia yaitu shopping around untuk better price, atau istilahnya cari diskon kemana-mana," tutupnya.