GridOto.com - Untuk menjadi profesi sebagai sopir truk butuh hati yang sabar dan ikhlas, begitu prinsip yang dirasakan Anda Wijaya (40), sopir truk asal Tambun Bekasi, Jawa Barat.
Bapak dua anak itu menuturkan menjadi seorang sopir truk yang biasa mengantar komoditas seperti buah-buahan, sayur hingga material.
Profesi ini telah membuat dirinya bisa sekolahkan anaknya hingga ke bangku SMA sebelum akhirnya anak-anaknya mencari jalan hidup sendiri.
Namun ada banyak pengalaman pilu yang dirasakan Anda alias David sebagai sopir truk.
(Baca Juga : Menhub Terima Penghargaan “Bapak Pelopor Keselamatan Truk Indonesia)
"Yang paling sulit itu kalau sudah kehabisan ongkos di jalan, padahal barang harus segera sampai tujuan," kata David saat di temui GridOto.com, Senin (8/4/2019).
David mengatakan karena kehabisan ongkos, ia pernah 3 hari menunggu di jalanan sampai ada rekannya datang memberi pinjaman untuknya melanjutkan perjalanan.
"Bahkan saya pernah minta makan ke warga setempat," ucapnya.
David bersyukur selama menjadi sopir truk, ia hampir tak pernah mengalami dipalak preman atau mesti bayar pungutan liar (pungli) pada oknum tertentu.
(Baca Juga : Tanpa Mereka Pergerakan Ekonomi di Indonesia Akan Terhenti, Menhub Minta Diperhatikan Kesejahteraannya)
Saat disingung soal pendapatan, David enggan menyebutkan.
"Soal gaji enggak bisa saya omongin, dicukup-cukupin saja buat keluarga di rumah yang penting bisa buat isi perut anak-anak dan istri di rumah," ungkap dia.
David mengaku meski kehidupan jalanan keras namun persaudaraan antarsopir sangat kuat.
Sehingga kalau menyangkut soal keamanan di jalanan, solidaritas antarsopir tinggi.
Hal ini membuat David tak terlalu khawatir jika menemui masalah di jalanan. Baik soal kondisi truknya atau gangguan dari luar lainnya.
Melihat hal ini, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi meminta kepada perusahaan tempat para pengemudi agar perhatikan kesejahteraan para pengemudi.
"Para pengemudi itu aset, jadi memang harus ada hubungan timbal baliklah antara pengusaha dan para pengemudi untuk meningkatkan kesejahteraan," ucap dia.
"Mungkin caranya cukup melakukan manajemen yang baik dalam sistem penggajian," tutur dia.