GridOto.com - Walaupun dianggap jadi pabrikan terbesar di ajang MotoGP, Honda tidak membuat sasis sendiri di kelas Moto2.
Sebelumnya saat Moto2 masih menggunakan mesin Honda CBR600RR, Honda tidak membuat sasisnya sendiri, sampai sekarang menggunakan mesin Triumph, masih saja sama.
Honda tetap mengirim tim untuk berlaga di Moto2, hanya saja dengan menggunakan sasis Kalex.
Padahal, banyak keuntungan yang didapat jika Honda menggunakan sasisnya sendiri.
(Baca Juga : Libur Tiga Minggu, Marquez Langsung Latihan Pakai Motor Aneh di Salju)
Hal itu diutarakan mantan pembalap MotoGP, Hiroshi Aoyama, yang sekarang menjabat sebagai manajer Honda Team Asia.
Honda Team Asia adalah tim perwakilan Honda di ajang Moto2 dan Moto3, yang kebetulan menaungi pembalap Indonesia juga, Dimas Ekky Pratama.
"Aku sebenarnya sudah mengusulkan HRC bisa membuat sasis sendiri untuk Moto2, seperti halnya KTM, pergantian mesin ke Triumph juga jadi momen pas (karena beban Honda berkurang, tidak menangani mesin Moto2 lagi,-red)" kata Aoyama dilansir GridOto.com dari Paddock-GP.com.
Sayangnya, ada alasan Honda menolak usulan Aoyama.
Kira-kira kenapa ya kok pabrikan sekelas Honda tidak membuat sasisnya sendiri di ajang Moto2?
(Baca Juga : Mantap! Ikatan Motor Indonesia Siap Merambah Kompetisi Balap Digital)
"Mereka bilang harus fokus ke kelas MotoGP, mereka tidak punya cukup orang untuk mewujudkan protek itu sekarang, sampai saat ini rencana itu hanya sebatas rencana," jelasnya.
Biar begitu, Aoyama yakin akan rencana itu akan terwujud nantinya.
Aoyama juga menolak tuduhan bahwa Honda tidak mau lagi ikut campur di Moto2 setelah sakit hati karena mesin CBR600RR diganti.
"Kami masih mementingkan struktur Moto2, kami bahkan memulainya dari Asia Talent Cup untuk Moto3, lalu ke Moto2, dan bisa ke MotoGP, struktur itu penting bagi Honda," tuntas Aoyama.
Di kelas Moto3, Honda Team Asia yang memakai motornya sendiri, NSF 250RW, berhasil di seri Moto3 Qatar usai Kaito Toba, pembalap asal Jepang, berhasil tampil luar biasa.
Sementara di kelas Moto2, Honda Team Asia masih kesulitan dan berada di papan bawah.