GridOto.com - Salah satu produsen mobil sport asal swedia Koenigsegg berencana membangun supercar hybrid pada tahun 2020.
Harga mobil Koenigsegg memang terbilang cukup mahal, tapi perusahaan bertujuan untuk menyediakan sesuatu yang lebih terjangkau.
Idenya adalah untuk menawarkan sesuatu yang yang lebih “eksotis” sebagai cara untuk menarik pelanggan baru, dan dalam prosesnya, Koenigsegg ingin meningkatkan volume penjualan.
“Kami telah mencari untuk memperluas penawaran kami karena pada dasarnya, merek kami telah melampaui volume produksi kami dengan margin yang cukup besar. Kami memiliki beberapa tahun waktu pengiriman pada hypercar super-eksklusif yang kami bangun hari ini,” ujar Christian Von CEO Koenigsegg.
(Baca Juga : Terobsesi Akselerasi Mobil Listrik, Koenigsegg Kembangkan Mobil Super Kencang. Tembus 400 Kpj dalam 14 Detik!)
Supercar yang belum disebutkan namanya itu dikatakan berharga sekitar satu juta euro ataau setara dengan hampir Rp 2 miliar.
Volume penjualan pun dapat meningkat menjadi ratusan dari saat ini yang hanya 20 mobil per tahun.
Dalam upaya ini, Koenigsegg meningkatkan kemitraan strategisnya yang ditingkatkan dengan National Electric Vehicle Sweden (NEVS), yang merupakan penerus teknologi listrik dari perusahaan Saab.
Baru-baru ini, kedua perusahaan mengumumkan akan bekerjasama, dengan NEVS yang menginvestasikan dana senilai 150 juta euro atau sekitar Rp 2,4 triliun untuk mengakuisisi 20% saham di perusahaan induk Koenigsegg.
"Ambisi kami adalah bahwa mobil ini akan sepenuhnya bebas dari kandungan CO2," ujar Christian, menambahkan bahwa mobil akan menjadi hybrid dengan memanfaatkan teknologi mesin camless-nya.
(Baca Juga : Ragnarok, Penerus Koenigsegg Agera RS yang Powernya Setara 5 Motor MotoGP)
“Mengingat teknologi FreeValve, sebenarnya dapat menyalakan mobil dengan alkohol murni, hingga -30 derajat Celcius, jadi tidak perlu campuran bahan bakar fosil. Idenya adalah untuk membuktikan kepada dunia bahwa bahkan mesin pembakaran dapat sepenuhnya bebas dari kandungan CO2, ”katanya.
Christian juga menjelaskan keputusan untuk tidak menggunakan listrik sepenuhnya, “jika Anda membayangkan bahwa Tesla hari ini memproduksi sekitar setengah dari semua sel baterai di dunia, dan itu hanya cukup untuk 300.000 mobil.”
“Kemudian Anda mendengar Volkswagen menjadi mobil listrik seutuhnya, BMW juga, dan itu jutaan mobil. Sangat mudah untuk menyadari bahwa akan ada kekurangan sel yang muncul dengan sangat cepat," tutupnya.