GridOto.com - Bursa pembalap MotoGP 2019 sudah dimulai jauh-jauh hari, bahkan sebelum musim 2018 dimulai.
Misalnya saja Francesco Bagnaia yang direkrut untuk jadi pembalap tim Pramac-Ducati sejak akhir 2017, dan akhirnya resmi diumumkan statusnya setelah tes di Februari 2018.
Ducati sendiri cukup puas merekrut Bagnaia karena pada akhirnya menjadi juara Moto2 2018.
Transfer Bagnaia bisa dibilang cukup berhasil dan menguntungkan Ducati walaupun ada kesan terburu-buru.
(Baca Juga : Takut Adiknya Kalah dari Adik Valentino Rossi, Tak Disangka Marc Marquez Akan Lakukan Ini)
Namun, tidak semua tim dianggap berhasil melakukan transfer pembalap.
Misalnya saja Ducati yang terlalu terburu-buru mencap Jorge Lorenzo gagal, bahkan setelah beberapa balapan awal 2018.
Jorge Lorenzo sudah dikabarkan pasti bakal didepak Ducati saat itu.
Hal itu bikin Lorenzo ketir-ketir, dan akhirnya bergabung dengan Repsol Honda.
Tapi, Jorge Lorenzo malah menunjukkan performa menakjubkan setelah masa sulit itu.
Tentunya Ducati merasa harus mempertahankan Lorenzo, namun sayangnya sudah telat.
Kasus lain juga ada yakni ketika Andrea Iannone berhasil tampil bagus di paruh musim kedua MotoGP 2018.
Sayangnya, Suzuki sudah telanjur merekrut Joan Mir dari Moto2 sebagai penggantinya.
(Baca Juga : Sempat Cemas, Ahmad Yudhistira Bakal Balapan di Kelas Baru ARRC 2019)
Walaupun tidak kecewa dengan direkrutnya Joan Mir, bos Suzuki MotoGP, Davide Brivio bilang bursa pembalap tahun 2018 terlalu cepat.
Brivio usul bursa pembalap diatur jadwalnya, ya kayak olahraga lainnya, seperti sepak bola.
"Bursanya sudah dimulai sejak musim dingin, dan kau hanya bisa menentukan dari performa musim sebelumnya dan tes musim dinginnya," kata Brivio dikutip GridOto.com dari Corsedimoto.
"Kupikir lebih baik menunda keputusannya, mungkin ada kemungkinan bahwa kita jadi melakukan transfer itu atau tidak," jelasnya.
Menurut Brivio, bursa transfernya paling tidak dibuka sebelum Juli atau Agustus.
Walaupun diskusi sudah berjalan, tim bisa mengamati pembalap dengan lebih lama.