Bedah Plus dan Minus Transmisi CVT, Spesial buat Pemilik Mobil Matik

Radityo Herdianto - Rabu, 5 Desember 2018 | 11:00 WIB

Transmisi Otomatis CVT yang Sedang Diperbaiki di Bengkel Worner Matic (Radityo Herdianto - )

GridOto.com-Transmisi CVT (Continuosly Variable Transmission) merupakan salah satu jenis transmisi otomatis yang dipakai mobil di ada di Indonesia.

Mobil penganut transmisi CVT di Indonesia contohnya adalah Toyota Yaris, Honda Jazz, Honda HR-V, Toyota C-HR, Nissan Grand Livina, dan Nissan Juke.

Transmisi CVT menggunakan sepasang puli (drive pulley dan driven pulley) yang dihubungkan oleh sebuah belt atau sabuk baja.

Kedua puli yang terhubung sabuk baja ini bisa membesar dan mengecil (bergerak ke kiri atau ke kanan) berdasar perintah komputer sesuai dengan putaran mesin dan laju mobil.

Perubahan kedua puli ini membuat diameter sabuk ikut berubah.

Continuously Variable Transmission atau transmisi CVT

(BACA JUGA: Perbedaan Transmisi Otomatis Konvensional dan CVT)

Diameter inilah yang menjadi rasio gigi pada transmisi CVT.

"Diameter sabuk tersebut yang menjadi rasio gigi di transmisi CVT sehingga rasio gigi sangat luas dibandingkan dengan transmisi konvensional yang rasio giginya memiliki tingkatan," buka Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel Worner Matic, Bintaro, Tangerang Selatan kepada GridOto.com (4/12).

Karena rasio giginya luas, perpindahan giginya secara continuous sehingga tidak ada jeda dan hentakan di setiap perpindahan gigi.

"Transmisi CVT lebih nyaman digunakan karena halus dan tidak ada gejala hentakan setiap perpindahan gigi," ungkap mantan wartawan Kompas ini.

Selain itu, Rasio gigi yang luas ini juga membuat transmisi CVT bisa menekan konsumsi bahan bakar mobil.

(BACA JUGA: Kupas Tuntas Transmisi CVT dari Pakarnya)

"Rasio gigi yang luas membuat mobil bisa melaju di kecepatan tinggi namun putaran mesin tetap terjaga rendah, konsumsi BBM jadi lebih irit," jelas Hermas.

Namun, perpindahan gigi transmisi CVT yang menggunakan belt ini sekaligus menjadi kekurangannya.

Transmisi CVT tidak bisa dipasangkan di mobil dengan torsi yang besar.

"Karena belt tidak bisa menahan torsi berlebih yang dihasilkan mesin, makanya CVT lebih banyak disematkan di mobil-mobil dengan tenaga menengah ke bawah," terang pria ramah ini.

Selain itu, masih menurut Hermas, teknologi canggih dan komputerisasi yang dipakai membuat usia pakai transmisi CVT cenderung lebih pendek dibanding transmisi konvensional yang mengandalkan planetary gear set dan torque converter (kopling fluida).

(BACA JUGA: Oh Begitu, Ternyata Ini Alasan Utama Datsun GO Pakai Transmisi CVT)

Celakanya lagi, jika terjadi kerusakan transmisi CVT, ketersediaan suku cadang atau komponen pengganti di Indonesia tergolong sulit dicari.

Biaya perbaikan atau penggantian transmisi CVT pun bisa dikatakan cukup mahal.

"Untuk beberapa model CVT, kalau rusak harus ganti sepaket yang baru biayanya Rp 45-60 juta," tutup Hermas.