GridOTO.com - Sokbreker juga memiliki masa pakai, namun memang tidak ada patokan pasti berdasarkan apa.
Karena semua balik lagi tergantung dari pemakaian, gaya berkendara serta kondisi jalan yang sering dilalui.
Buat yang baru nebus motor bekas tentu jadi lebih susah karena rekam jejak pemilik motor sebelulmnya benar-benar tidak diketahui.
Peredam kejut atau sokbreker belakang di motor memang masuk kategori komponen slow moving.
Artinya masa penggunaannya jauh lebih lama, tapi bukan berarti bisa terus dipakai.
(BACA JUGA: Gading Marten Digugat Cerai Gisel, Ini Lho Bukti Gading Seorang Bikers)
Meski begitu, menurut Arief Chandra dari bengkel Chandra Motor, Jakarta Timur, baiknya pemilik motor mulai mengecek ketika motor sudah memasuki usia pakai di atas dua tahun lebih.
Patokan dari jarak atau waktu memang tidak ada, tapi baiknya ada pengawasan sendiri.
"Dicek detail meski belum tentu rusak atau harus diganti, tapi minimal bisa dideteksi," pesan Arief.
Lanjut kata Arief lagi, dari sisi pemakaian sok belakang sering diajak bekerja ekstra.
Karena hampir seluruh bobot motor dan pengendara bertumpu di suspensi belakang.
Karena itu, bila motor sudah cukup lama dipakai, ada baiknya pemilik mulai melungkan waktu untuk lebih rutin memantau kondisi peredam kejut.
(BACA JUGA: Gara-Gara Operasi Zebra, Pembuatan SIM Meningkat Tajam )
Mendeteksinya bisa dilakoni sendiri tanpa harus repot ke bengkel.
Pantau kondisi fisik sok belakang, fokusnya untuk melihat apakah ada rembesan oli yang menandakan kebocoran, bila ada maka dalam jangka waktu tertentu kudu segera diganti.
Dites langsung sambil dikendarai dan lebih baik sambil boncengan.
Silakan ajak motor melibas jalanan bergelombang atau jalan yang banyak polisi tidur-nya untuk merasakan langsung apakah sok banyak goyang, berayun atau tidak.
Bila ritme ayunnya cukup banyak, bisa dipastikan bahwa hanya bagian per yang bekerja sementara komponen peredam lain sudah tidak lagi berfungsi.