Ditahan dan Dipecat dari Nissan, Siapa Sebenarnya Carlos Ghosn

Anton Hari Wirawan - Senin, 19 November 2018 | 21:50 WIB

Carlos Ghosn (Anton Hari Wirawan - )

GridOto.com - Dunia otomotif tengah diguncang kabar soal ditahan dan dipecatnya Carlos Ghosn, CEO dari grup Renault-Nissan-Mitsubishi.

Carlos Ghosn dituduh tidak melaporkan sekitar 5 miliar Yen (Rp 646 miliaran) pendapatan dalam kurun waktu lima tahun, termasuk beberapa pelanggaran undang-undang keuangan Jepang.

Menurut keterangan resmi Nissan, Carlos Ghosn juga dikonfirmasi melakukan banyak pelanggaran signifikan lain, seperti penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Lantas siapa sebenarnya Carlos Ghosn? Sehebat apa dia, sehingga bisa jadi deretan top management perusahaan Jepang yang biasanya sulit ditembus orang asing.

(BACA JUGA: Diduga Manipulasi Laporan Keuangan, Bos Nissan Carlos Ghosn Dipecat)

Lahir di Porto Velho, Brazil, pada 9 Maret 1954, perjalanan hidup Ghosn ternyata cukup berliku.

Ghosn bersama keluarganya pindah ke Lebanon, lalu jadi warga negara Prancis.

Ia sukses meraih dua gelar teknik mesin, pertama dari Ecole Polytechnique pada 1974, dan Ecole des Mines de Paris pada 1978.

Karir Ghosn dimulai saat ia bekerja sebagai management trainee di Michelin.

Karirnya melejit, ia pun lantas menjabat sebagai manager di pabrik Michelin di Le Puy, Prancis.

McKinsey&Company
Karir Carlos Ghosn melejit di Michelin

Tak berhenti di situ, Carlos Ghosn pun akhirnya menjabat head of research untuk pengembangan ban industri Michelin pada pertengahan 1980-an.

Seolah tak mau berhenti, Ghosn akhirnya menjabat sebagai chief operating officer (CEO) di Michelin North America pada 1988.

(BACA JUGA: MotoGP Thailand Kasih Pelajaran Berharga Buat Pabrikan Ban Michelin)

Meski karirnya melejit, ternyata ada gosip bahwa karir Ghosn bakal stagnan di Michelin, karena Michelin adalah perusahaan keluarga.

Akhirnya, pada 1996 Ghosn hijrah ke perusahaan mobil asal Prancis yang nyaris bangkrut, Renault.

Berusaha menyelamatkan Renault dari kebangkrutan, Ghosn pun mulai melakukan 'diet ketat' untuk menekan pengeluaran perusahaan.

(BACA JUGA: Membahayakan, MPV Renault Dapat Bintang 0 Dalam Crash Test)

Ghosn tutup pabrik Renault di Belgia dan berhentikan 3.300 karyawan.

Menyadari Ghosn sebagai asset bernilai, Chairman Renault, Louis Schweitzer suntik 7 juta dolar Amerika Serikat dan mengakuisisi 44,4 persen saham Nissan, dan kirim Ghosn ke Tokyo sebagai CEO pada tahun 1999.

Ghosn pun bertindak cepat dan radikal untuk menyelamatkan Nissan, salah satunya dengan tutup lima pabrik dan berhentikan 21.000 karyawan.

Ghosn bahkan juga mulai membangun aliansi bersama Mitsubishi pada 2016, dan menjadikannya Nissan-Renault-Mitsubishi jadi empat perusahaan otomotif terbaik.

(BACA JUGA: Nissan Indonesia Donasikan Rp 1 Miliar untuk Korban Bencana di Sulawesi)

Aliansi ini berhasil menjual 10,6 juta mobil pada 2017 dan punya karyawan sebanyak 450.000 orang di seluruh dunia.

Sayang sekali, terduga menggelapkan uang, karir Ghosn pun terhenti dan ia kini terancam tinggal di hotel prodeo.