GridOto.com – Masuk dalam lini produk Mercedes-Benz GLC-Class, GLC 200 AMG Line punya perbedaan substansial dibanding GLC-Class yang lain.
Ia menganut sistem gerak roda belakang alias rear-wheel drive (RWD), sementara mayoritas GLC-Class berpenggerak semua roda (all-wheel drive) yang dalam bahasa Mercedes-Benz disebut 4MATIC.
Seperti yang ada pada Mercedes-Benz GLC 300 Coupe, Mercedes-AMG GLC 43 Coupe, dan Mercedes-AMG GLC 63 S Coupe, semuanya menerapkan 4MATIC.
Dulu pun, GLC 250 menggunakan 4MATIC sebelum akhirnya diskontinyu dan diganti dengan serial GLC 200.
Nah dengan ‘hanya’ berpenggerak roda belakang, apakah berpengaruh terhadap rasa berkendaranya?
Tentu saja iya.
Di jalan sangat licin seperti tanah basah, lumpur, atau permukaan berpasir, gerak roda belakang kalah menggigit dibanding gerak semua roda.
Ini bisa menjadi masalah jika Anda termasuk prospect buyer yang akan membawa Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line ke medan off-road untuk berpetualang.
(BACA JUGA: Beda Rp 80 juta, Ini Yang Ditambah Pada Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line)
Lalu Jika Anda termasuk pengemudi yang sering memacu mobil hingga titik limit, acap membelok dengan sangat kencang, dan kerap bermanuver di gravel atau aspal basah, grip penggerak RWD GLC 200 AMG Line tidak akan sebaik penggerak all-wheel drive (AWD) 4MATIC.
Secara alami, Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line lebih berpotensi mengalami oversteer dibanding GLC-Class lain yang memakai 4MATIC.
Tapi bukan Mercedes-Benz namanya jika tidak mampu mengurangi resiko itu.
Fitur keselamatan Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line sangatlah meyakinkan.
Ia sudah dilengkapi Electronic Stability Program (ESP) berpadu Acceleration Skid Control (ASR) .
Dalam pengertian sederhana, jika ada tanda-tanda mobil akan melenceng atau hilang kendali, komputer mobil akan otomatis mengatur rem dan transfer tenaga, agar kendali tetap terjaga.
Di pengetesan, kami sempat menekuk spontan kemudi GLC 200 AMG Line di kecepatan 70 km/jam.
Sebelum pantat mobil sempat bergeser, ESP sudah bekerja dan efektif menangkal oversteer sehingga kami tak perlu repot melakukan counter steer.
Itu kalau GLC 200 AMG Line dipacu hingga titik limitnya.
Tapi kalau untuk pengendaraan sehari-hari, rasanya hampir tak beda antara GLC 200 AMG Line dengan saudara-saudaranya yang 4MATIC.
Ia masih punya ketajaman handling khas Mercy, terutama berkat set suspensi dan sasis yang mumpuni.
Kalau pun ada gejala body roll saat ia membelok cepat, masih wajar toh ia memang SUV yang punya postur tinggi.
Lantas bagaimana dengan performanya?
Akselerasi 0-100 km/jam diselesaikan dalam 8,3 detik dan itu terpaut 0,8 detik dari klaimnya (7,5 detik).
Meski begitu, kemampuan akselerasi Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line tetap lebih baik dari rivalnya, BMW X3 xDrive20i Luxury Line yang butuh 8,6 detik untuk akselerasi serupa.
Padahal tenaga maksimum BMW X3 xDrive20i Luxury Line dan Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line setara yakni sama-sama di titik 184 dk.
Di pengujian konsumsi BBM, Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line mencetak 10,3 km/l di rute Dalam Kota dan 14,3 km/l di rute Tol yang menggambarkan kecepatan tinggi nan konstan.
Soal efisiensi, X3 bisa lebih baik karena meraih 11,2 km/l di rute Dalam Kota dan 15,2 km/l di rute Tol.
Catatan datang dari transmisinya.
Memiliki 9 percepatan, cadangan gigi yang banyak itu membuat Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line fleksibel di segala rentang kecepatan.
Ketika cruising, mobil melaju dengan gigi tinggi sehingga putaran mesin bisa serendah mungkin.
Namun kala hendak menyalip, transmisi bisa turun hingga 2-3 gigi sehingga lebih sigap berakselerasi.
Lalu soal kenyamanannya.
Harus kami akui, handling yang menyenangkan itu berkonsekuensi pada karakter suspensi GLC 200 AMG Line.
Untuk ukuran SUV premium, GLC 200 ini termasuk kaku.
Itu terasa ketika kami melintas di jalan berlubang, atau saat berhadapan dengan polisi tidur.
Dibanding BMW X3, rasanya ayunan suspensi GLC 200 masih kalah lembut.
Selebihnya seperti busa jok nan empuk, hingga penggunaan kulit Artico berpadu material Dinamica microfiber membuat rasa nyaman di kabinnya tetap istimewa.
Sebagai SUV, ia harus mampu memberi kepraktisan yang baik untuk mendukung kegiatan sang empunya.
Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line punya banyak tempat penyimpanan di seantero kabin.
Di baris depan ada 6 buah cup holder, glove box berukuran besar, konsol tengah yang menyediakan wadah penyimpanan dan kotak tertutup, hingga doortrim yang membentuk kantung terbuka berukuran besar.
Pada baris kedua, selain 4 buah cup holder yang ada di doortrim dan arm rest, di doortrim-nya sendiri cukup akomodatif untuk menampung barang bawaan sehari-hari.
Di balik arm rest pun ada kompartemen tambahan, begitu juga dengan kantung di balik sandaran jok depan.
Oh ya, jok belakang itu bisa dilipat dengan sebuah tombol yang ada di masing-masing sisi.
Setelah dilepas penguncinya, maka sandaran jok bisa dilipat rata dengan lantai bagasi.
Ini sangat praktis dan memudahkan saat membawa barang berkuran besar seperti lemari lipat.
Akomodasi masuk dalam taraf lega.
Setelah jok depan diset untuk tester bertinggi badan 168 cm, legroom di jok belakang masih tersisa 13 jari dan headroom lebih dari 5 jari.
Bagasi belakang sebenarnya lega, namun karena ada ban cadangan yang diposisikan di atas lantai bagasi, maka kapasitas ruang jadi berkurang.
Padahal ban cadangan itu sudah yang berukuran tipis (space saver), namun tetap saja akomodasi berkurang.
Akibat ban cadangan itu, sulit menaruh koper yang berukuran lebih besar dari cabin size.
Tak kalah penting adalah fitur, terlebih ini adalah transporter dengan status SUV mewah.
Fitur keselamatan seperti kontrol stabilitas, ABS, dan airbag yang komplit mungkin sudah tak asing karena Mercy memang tak mau kompromi soal safety.
Tapi yang lebih membuat betah adalah fitur kenyamanan.
Untuk masuk ke kabin, Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line sudah dilengkapi keyless entry sehingga sangat memudahkan.
Setelah di dalam kabin pun, pengemudi tinggal menekan tombol start-stop untuk menyala-matikan mesin.
Di atapnya ada sunroof plus panoramic yang membuat kabin terasa roomy.
Beberapa fitur lain yang menurut kami spesial adalah parkir otomatis Parking Pilot, pintu bagasi elektris, sistem audio Burmester, Tyre Pressure Monitoring System, hingga AC climate control dengan dual zone.
Jika Anda mulai merasa jenuh dengan bodi GLC-Class yang sudah muncul sejak 2016 lalu, rasanya tampilan GLC 200 tidak akan memberi kesegaran pandangan.
Tak lain karena memang bodinya sama, dan kalaupun ada beda, hanya di beberapa aspek seperti bumper, sideskirt atau pelek.
Tapi untunglah GLC 200 yang kami tes ini memakai trim AMG Line, yang punya nafas lebih sporti.
Terlihat dari pelek yang memakai diameter besar (19 inci), dan dengan 2 buah knalpot yang memberi kesan racy.
Oh ya, saudaranya, GLC 200 Exclusive punya nafas tampilan yang berbeda dari GLC 200 AMG Line ini.
Varian GLC 200 Exclusive lebih ke arah off-road dengan pelek 18 inci dan bentuk bumper mencolok warna aluminumnya.
Sementara desain interior, nyaris tak beda dengan GLC yang lain dan itu terlihat di bentuk dasbor, jok hingga trim.
Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line dihargai Rp 929 juta (off the road).
Nominal itu menjadikannya kedua termurah setelah Mercedes-Benz GLC 200 Exclusive yang dijual Rp 849 juta (off the road).
Di atas GLC 200 AMG Line, paling dekat ada GLC 300 Coupe AMG Line yang harga off the road-nya sudah menyentuh Rp 1,269 miliar.
Sehingga bisa dibilang faktor harga ini sangat menggoda untuk sebuah SUV Mercy di segmen ini.
Perihal rasa berkendara, kami yakin ia tak banyak beda dengan kakak-kakaknya yang berpenggerak semua roda.
Toh habitat mobil ini sejatinya memang di perkotaan, bukan untuk off-road berat.
Di titik itu, kami menilai bahwa semua yang ditawarkan GLC 200 AMG Line sudah cukup untuk menjadikannya GLC-Class yang lebih asyik untuk ditimang.
Video ulasan lengkap Mercedes-Benz GLC 200 AMG Line: