"Saya memberitahu mereka jika menyerang rumah sakit, siapa yang bakal merawat mereka. Karena itu, kami di sini untuk membantu," kenang dia.
Atar bertugas di Bunj sejak 22 November 2011, sebelumnya, dia mengabdi di Kurmuk, Negara Bagian Blue Nile, selama 14 tahun.
Dia terpaksa pindah karena ketegangan mulai tinggi menyusul kekerasan dan aksi pengeboman yang dilakukan pemberontak dan pasukan pemerintah Khartoum.
Ibarat lepas dari kandang singa malah masuk kandang buaya, sampai di Bunj ternyata kondisinya tidak jauh berbeda.
(BACA JUGA: Video Toyota Celica Lawas Dibedah Dokter Jadi Lebih Sporty)
Tantangan langsung menghampiri ketika dr Atar harus segera mengoperasi seorang pria yang menderita luka tembak.
Dia terpaksa menggunakan ruangan farmasi sebagai kamar bedah untuk mengeluarkan peluru dari tubuh pria itu.
Untungnya pria itu selamat dan ujung-ujungnya malah dipekerjakan sebagai staf rumah sakit.
Pengabdiannya yang luar biasa membuatnya jarang bertemu dengan istri dan keempat anaknya yang saat ini tinggal di Nairobi, Kenya.
Dia mengaku hanya pulang tiga kali dalam setahun. Namun, keluarganya sangat mendukung kiprahnya untuk menyelamatkan nyawa manusia setelah dia mengundangnya secara langsung.
Kisah Atar membuatnya mendapat Penghargaan Nansen dari Badan PBB untuk Pengungsi, yang dijadwalkan diberikan Senin (1/10/2018).