Blak-blakan Arief Hidayat: Belajar Konsumen Lewat Brand Internasional

Hendra - Senin, 10 September 2018 | 19:56 WIB

Arif Hidayat - PT Foerch Indonesia - Wealthy. Photo : Agus Salim (Hendra - )

GridOto.com - Seiring pertumbuhan jumlah kendaran, produk perawatan kendaraan bisnis yang sangat menggiurkan di Indonesia.

Berbagai produk mulai dari oli, coolant, wiper, lampu, dan produk lainnya meramaikan pasar car care.

Namun, tahukah Anda? Salah satu yang cukup intens dalam bisnis ini adalah brand Wealthy.

Untuk mengetahui sejarah panjang merk Wealthy, GridOto.com beberapa waktu menyambangi Arief Hidayat, CEO PT Foerch Indonesia (Wealthy Group).

Arief, merupakan orang yang cukup lama mendalami dunia otomotif khususnya perawatan kendaraan.

Awalnya, membawa merek internasional dari Jerman, Wuerth ke Indonesia lewat PT Wuerth Indah di tahun 1994.

(BACA JUGA: Blak-blakan Arief Hidayat: 'Keras' Latih Sales Edukasi Konsumen )

Dalam menjalani produk dengan merek internasional ini, Arief tidak serta merta mengadopsi apa yang ada di luar negeri.

"Pasar nasional berbeda. kita gak mungkin, ikutin keinginan brand. Harus melihat karakter konsumen nasional" ujar Arief kepada GridOto.com.

Arif Hidayat - PT Foerch Indonesia - Wealthy. Photo : Agus Salim

Cara tersebut terbilang sukses, Arief akhirnya diangkat sebagai salah satu Asia’s strategy board di tahun 2011, dan ditugaskan untuk menangani merek itu di Malaysia, Filipina, dan Singapura.

(BACA JUGA: Blak-blakan Sebastianus Harno Budi: Bisnis Paling Pertama Impor Toyota Tiara, Ternyata Ini Arti Nama Nasmoco)

Dengan sejalan waktu, keinginannya memiliki brand sendiri terus membuncah, ia akhirnya mengundurkan diri di tahun 2015 dari brand internasional dan mengembangkan brand sendiri.

Tangan dinginnya disertai dengan pengalaman membuatnya mengerti seluk belum bisnis perawatan kendaraan ini.

"Sekarang kami memiliki lebih dari 1.300 item produk yang tersebar di seluruh Indonesia," kata pria yang berkantor di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat.

Kunci sukses dari bisnisnya adalah dengan menjalankan perilaku etis.

"Kami tak ingin menjual produk saja. Kami mengedukasi konsumen. Memang ini sebuah perjalanan panjang. Tapi saya yakin mengedukasi konsumen itu merupakan sebuah investasi. Konsumen menjadi paham mengenai produk yang akan digunakan," tutupnya.