Biaya perjalanan menggunakan angkot mobil mewah tersebut hanya setara dengan biaya makan kurang lebih 3 hari.
Pasalnya, menurut Sigit, biaya sekali makan di daerah itu mencapat Rp 50 ribu, belum termasuk minuman sejenis es teh atau air mineral botol yang berkisar Rp 15 ribu segelas.
"Di sini Rp 500 ribu sudah seperti Rp 50 ribu, sekali makan di sini Rp 50 ribu. Belum termasuk es teh lo," tuturnya.
(BACA JUGA: Kilas Balik Yamaha Lexam, Bebek Matik yang Mulai Terlupakan)
Mayoritas masyarakat di daerah tersebut berprofesi sebagai petani, namun penghasilan utama mereka berasal dari sari dana desa dan dana bantuan lain.
Dengan segala ketidakmudahan dalam hal transportasi, Sigit malah merasa hal itu menjadi keseruan tersendiri.
Medan jalan yang diwarnai dengan tebing curam, sungai, serta jalanan berbatu ia nikmati sebagai pengalaman yang seru.
"Seru kalau mobil di Papua, mesti ngelewati sungai, jalannya di tepi jurang, belum lagi medan yang berat. Sopir-sopir batu mesti ditraining sm senior2 sebelumnya," ucap Sigit.
Sigit menuturkan, keadaan itu hanya terjadi di Papua bagian pedalaman saja.
Di kota-kota besar seperti Jayapura, Sorong, dan Merauke alat transportasi dan fasilitas lain sudah lebih baik layaknya kota-kota di Pulau Jawa.
Artikel serupa telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Mengintip Transportasi di Pedalaman Papua, Mobil Fortuner jadi Angkot, Sekali Naik Rp 500 Ribu