GridOto.com- Tak lama lagi Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games pada Agustus 2018 mendatang.
Berbagai persiapan tengah disiapkan untuk mensukseskan perhelatan olahraga terakbar di Benua Asia tersebut.
Salah satu yang tengah dipersiapkan adalah rekayasa lalu lintas.
Untuk mengurangi kepadatan kendaraan di jalanan Ibu Kota, Polda Metro Jaya, Pemprov DKI Jakarta dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) memperluas wilayah ganjil-genap.
(BACA JUGA: Begini Cara Kerja Transmisi Kopling Ganda)
Menanggapi hal ini, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengaku adanya sistem ganjil genap diharapkan tidak hanya diberlakukan pada saat Asian Games 2018.
"Harapanya sistem ganjil- genap ini bisa diteruskan setelah Asian Games, karena ini adalah hal yang baik jadi momentum menata transportasi," kata Djoko kepada GridOto.com di Jakarta, Sabtu (23/6/2018).
Ia mencontohkan, ketika Olimpiade XXIX atau Pesta Olah Raga Dunia ke 29 di selenggarakan di Beijing (Tiongkok), telah memberikan contoh nyata keberhasilan menata transportasi kota.
Kala itu kondisi transportasi Kota Beijing banyak masalah.
(BACA JUGA: Perhatikan Nih, Ini Indikasi Kampas Rem Mobil Mesti Diganti)
Meski sudah tersedia jaringan MRT yang termasuk terpanjang di dunia dan ratusan jaringan bus dengan jumlah armada yang ribuan jumlahnya. Namun belum memberikan kenyamanan bertransportasi.
Adanya penyelenggaraan Olimpiade XXIX, Pemerintah Kota Beijing memberlakukan kebijakan pelat nomor kendaraan ganjil genap untuk menahan laju kendaraan pribadi di jalan raya.
Tak hanya itu, selama penyelenggaraan Olimpiade XXIX, lalu lintas terasa lebih lancar, titik-titik kemacetan berkurang, udara terasa lebih nyaman.
"Selain itu menggunakan transportasi umum tarifnya murah. Menggunakan kereta membayar 2 Yuan (Rp 4 ribu) dan bus 1 Yuan (Rp 2 ribu). Tarif parkir melambung tinggi, kisaran 20-40 kali tarif transportasi umum," ucapnya.
Bahkan, usai Olimpiade, Pemerintah Kota Beijing akan mengakhiri kebijakan ganjil genap.
Namun, masyarakat sudah terlanjur dalam satu bulan merasakan manfaatnya, sehingga meminta kebijakan itu untuk dilanjutkan, tidak hanya saat Olimpiade XXIX berlangsung.
"Hingga kini kebijakan itu masih tetap berlangsung dengan dilengkapi aturan setiap tiga bulan sekali dilakukan rotasi," ucapnya.