GridOto.com – Tepat hari Jumat ini (22/6/2018), Jakarta memasuki usia ke-491 tahun.
Di usia ini, kemacetan rupanya masih jadi hal yang lumrah di Jakarta.
Padahal dengan semakin majunya dan berkembangnya ibu kota, sistem transportasi yang baik harusnya juga ikut ditonjolkan.
Menurut Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, yang juga sebagai Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata, kemacetan di Jakarta tak hanya menimbulkan kerugian secara sosial dan lingkungan tapi juga berdampak secara ekonomi.
(BACA JUGA: Enggak Mau Kalah Dengan Odyssey Adiknya, Ini Modifikasi Yang Dilakukan Sang Kakak Di Civicnya)
Dalam perhitungannya, pemborosan BBM akibat biaya operasional kendaraan bisa mencapai Rp 3 triliun, kerugian akibat waktu yang terbuang Rp 2,5 triliun, dan dampak kesehatan akibat polusi udara sebesar Rp 2,8 triliun.
“Untuk mengatasi kemacetan ini, Jakarta tentu memerlukan sebuah transportasi publik yang terstruktur, sistematis dan masif,” ujarnya saat dihubungi GridOto.com Jumat (22/6/2018).
Menurutnya angkutan umum seperti mikrolet, bus patas, kopaja dan metro mini belum mampu memenuhi kriteria transportasi umum yang ramah, murah dan nyaman bagi warga ibu kota.
"Jika mau murah dan nyaman, gunakan angkutan umum yang disubsidi, seperti Bus Transjakarta dan KRL Jabodetabek," kata Djoko.
Sementara soal Transjakarta dan KRL, menurutnya kedua alat transportasi tersebut sudah berjalan dengan baik.
“Ini kan masih tahap awal, nanti kalau ada yang perlu diperbaiki, ya diperbaiki,” tutupnya.