GridOto.com - Setelah menunggu dua bulan sejak dikenalkan di Indonesia, akhirnya kami berkesempatan mencoba Yamaha LEXI S di Sirkuit Sentul, Bogor (17/4).
Ya, motor ini adalah keluarga paling kecil dari Maxi Series Yamaha, tepatnya adik dari Yamaha NMAX.
Bukan cuma dimensinya yang lebih kecil tapi juga mesinnya memang cuma 125 cc, tapi sudah dilengkapi dengan teknologi yang sama dengan NMAX juga Aerox 155.
SOHC 4 klep, dan sudah dibekali variable valve actuation (VVA), makanya tenaganya di atas rata-rata skutik 125 cc yang sudah lebih dulu dipasarkan di Indonesia.
Yuk langsung kupas tuntas impresi pertama kami bersama Yamaha Lexi tipe S
RIDING POSITION
Tinggi jok Yamaha Lexi baik S maupun yang standar sama saja, secara spesifikasi lebih pendek dari jok Aerox 155 tapi lebih tinggi dari Yamaha NMAX.
Tinggi joknya 785 mm, lebih tinggi 20 mm dibanding NMAX, atau hanya lebih rendah 5 mm dibanding Aerox 155 VVA.
Meski cuma terpaut sedikit, saat duduk di atas jok Lexi, feeling-nya berbeda sekali dari NMAX.
Hal ini karena desain jok Lexi yang cenderung lebar banget, sehingga saat berhenti kaki dipaksa melebar.
Untuk rider dengan tinggi badan 165 cm memang agak repot karena harus menjinjit, sedang buat postur di atas 170 cm rasanya masih harus jinjit sedikit saja.
Tapi, ketika sudah dikendarai, jok model seperti ini menawarkan kenyamanan ekstra karena lebar dan empuk.
Posisi kaki pun nyaman, flat foot board atau dek pijakan kaki terasa sangat luas, untuk ukuran sepatu 43 pun masih sangat lega.
Posisi lutut juga leluasa tanpa penghalang tangki seperti NMAX atau Aerox 155, sehingga memudahkan saat hendak duduk ke atas jok.
Kaki tak harus melompati jok tapi bisa juga melintas di dek tengah ini, tentunya memudahkan wanita saat mau duduk.
Di pijakan kaki yang luas ini, pengendara bisa sedikit meluruskan kaki karena sudah disediakan pijakannya.
Tampak di bagian depan dek sedikit miring naik, meskipun terasa sedikit tanggung karena kaki tidak lurus secara maksimal seperti di NMAX, tapi setidaknya sudah lumayan lah.
Asyik lagi, karena punya setang yang disebut maxi handle, posisinya tinggi membuat berkendara lebih rileks karena punggung dan pundak tidak perlu merunduk, mirip mengendarai NMAX atau XMAX.
Bagaimana dengan handling-nya? Sasis dan kaki-kaki wajib diacungi jempol, termasuk penggunaan sub-tank suspension.
Enak banget diajak meliuk-liuk sangat lincah dan anteng banget, bahkan hingga standar samping dan bodi bawah menggesek ke permukaan aspal. Enggak terasa kalau bobotnya 113 kg.
Selain itu, lebih percaya diri melahap tikungan tentunya karena ukuran ban cukup lebar, depan pakai pelek 1,85 inci dibalut ban 90/90-14.
Apalagi motor ini ditunjang juga dengan setang tinggi sehingga saat dibelokkan patah setang tak mentok lutut, membuat radius putarnya makin sempit.
Sedang belakang lebar 2,15 inci dengan ban 100/90-14 yang sudah tubeless dan memiliki cengkeraman baik.
Sayangnya pada sesi tes ini kurang bisa merasakan redaman kedua suspensinya ketika melewati jalan rusak, karena kontur sirkuit yang cenderung rata.
Tunggu ulasan berikutnya ya, saat kami sudah bisa riding harian di jalanan.
Dari sisi pengereman, untuk depan hanya dibekali cakram dengan kaliper 1 piston namun tetap pakem dan tuasnya empuk.
Sedang rem belakangnya mirip milik Aerox 155 yang dilengkapi parking brake lock, walaupun teromol tapi juga cukup pakem juga.
PERFORMA
Sedang dengan mesinnya, saat distarter halus banget karena sudah dilengkapi Smart Motor Generator (SMG) yang menggantikan dinamo starter konvensional.
Fitur SMG ini dikawinkan dengan Stop & Start System (SSS), fitur yang mampu mematikan mesin secara otomatis ketika langsam, namun mesin bisa langsung hidup lagi ketika selongsong gas diputar.
SMG ini memiliki 2 mode, pertama zero second yaitu mesin langsung mati ketika berhenti mendadak setelah berkendara secara agresif.
Mode kedua yaitu five second, mesin baru mati setelah 5 detik setelah berkendara secara perlahan seperti merayap di kemacetan.
Sedang respon mesinnya, cukup agresif ya pada tiap bukaan gas.
Terlebih ketika VVA aktif di 6.000 rpm, sayang lintasan lurus terlalu pendek sehingga tidak dapat merasakan putaran atasnya.
6.000 rpm itu, kira-kira ada di kecepatan 60 km/jam, jadi di atas itu baru VVA aktif.
Tapi, meski VVA masih menggunakan camshaft profil low di putaran rendah, akselerasi Lexi meraih 60 km/jam terbilang cepat, namun memang masih tetap sedikit di bawah NMAX yang kapasitasnya lebih besar.
Mesinnya 125 cc Blue Core SOHC 4 klep berpendingin cairan dikombinasi forged piston dan DiASiL Cylinder, lengkap dengan teknologi Variable Valve Actuation (VVA).
Memiliki bore 52 mm dan stroke 58,7 mm dengan perbandingan kompresi 11,2:1. Klaim tenaga maksimumnya 11,7 dk pada 8.000 rpm dan torsi 11,3 Nm di 7.000 rpm.
Mesin ini basisnya dari Yamaha Aerox 155 dengan perbedaan pada diameter piston dan blok silinder, camshaft, setingan ECU dan CVT. Lainnya sama saja.
Untuk ulasan lengkap buat riding harian, tunggu artikelnya hanya di GridOto.com!
DATA SPESIFIKASI:
Tipe Mesin: Liquid Cooled 4-stroke, SOHC 4 V + VVA
Diameter x Langkah: 52 mm x 58,7 mm
Perbandingan Kompresi: 11,2±0,4:1
Volume Silinder: 124,7 cc
Tenaga Maksimum: 11,7 dk (8,75 kW)/8.000 rpm
Torsi Maksimum: 11,3 Nm/7.000 rpm
Sistem Bahan Bakar: Fuel Injection
Sistem Starter: Electric
Sistem Pelumasan: Wet Sump
Kapasitas Oli: Total 1 liter, Berkala 0,9 liter
Tipe Kopling: Dry, Centrifugal Automatic
Tipe Transmisi: V-belt automatic
P X L X T: 1.970 mm x 720 mm x 1.135 mm
Jarak Sumbu Roda: 1.350 mm
Jarak Terendah Ke Tanah: 133 mm
Tinggi Tempat Duduk: 785 mm
Berat Isi: 113 kg (tipe S), 112 kg (tipe standar)
Kapasitas Tangki Bensin: 4,2 liter
Tipe Rangka: Underbone
Suspensi Depan: Telescopic Fork
Tipe Suspensi Belakang: Unit Swing
Ban Depan: 90/90-14M/C 46P
Ban Belakang: 100/90-14M/C 57P
Rem Depan: Disc
Rem Belakang: Drum
Sistem Pengapian: TCI
Tipe Battery: YTZ7V
Tipe Busi: CPR8EA-9/U24EPR-9