GridOto.com - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, menyebabkan beban operasional produsen khususnya yang banyak mengandalkan bahan impor membengkak.
Dalam situasi ini, pabrikan otomotif jelas menjadi salah satu yang terdampak dari melemahnya Rupiah.
Toyota Astra Motor (TAM), bahkan telah mengakui kalau saat ini biaya produksi mereka sudah membengkak.
Dengan begitu, apakah hal ini akan berpengaruh ke harga jual mobil produksi mereka?
(BACA JUGA: Ini Cara Membaca Hasil Uji Emisi Gas Buang Mobil)
Fransiscus Soerjopranoto, Executive General Manager TAM, menyatakan bahwa pihaknya punya strategi untuk menghadapi situasi ini.
"Toyota Astra Motor melakukan yang namanya hedging," ujar Soerjopranoto.
"Proses hedging itu memberi kami keleluasaan untuk mempertahankan harga kendaraan sampai dalam periode tertentu, nah disitu kita akan tahan,"imbunya.
Meski begitu, Soerjopranoto mengakui bahwa dalam mempertahankan harga itu tidak bisa dilakukan terus menerus.
(BACA JUGA: Bangga, Mitsubishi Xpander Rakitan Bekasi Akhirnya Diekspor Ke Luar Negeri)
Ada periode tertentu, sebelum TAM akhirnya harus benar-benar menaikkan harga kendaraan, jika nilai Rupiah tak kunjung membaik.
"Ada room di tempat kita untuk menganalisa, nanti harga naik berapa, berapa volume penurunannya, nah disitulah kami akan menetapkan harga selanjutnya,"jelasnya.
"Hedging kita rata-rata di atas tiga bulan," tutupnya.
Hedging yang dimaksud oleh TAM, adalah strategi trading untuk “membatasi” atau “melindungi” dana trader dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan.
Berita ini sudah tayang di Kompas.tv dengan judul Biaya Produksi Bengkak Akibat Pelemahan Rupiah