GridOto.com - Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KBBP) menyatakan bahwa bahan bakar jenis Premium dan Solar sudah ketinggalan zaman.
Hal itu dilihat dari spek kendaraan saat ini yang rata-rata sudah tidak support dengan bahan bakar yang punya oktan 88 dan cetane 48 itu.
Kendaraan saat ini minimal speknya sudah mengikuti standar Euro2 yang diterapkan di Indonesia sejak 2007, dimana tak sesuai lagi dengan Premium atau Solar.
Karenanya, Direktur Eksklusif KPBB, Ahmad Safrudin, mengusulkan kedua bahan bakar itu lebih baik dihapus keberadannya dari Indonesia.
(BACA JUGA: Suzuki Swift Dengan Hidung Nissan Juke, Auranya Sporty Banget!)
Ia meyakinkan bahwa BBM yang bahkan telah sesuai dengan standar Euro4 (di atas Euro2), harganya tidaklah mahal.
"Seharusnya Indonesia punya peluang mempunyai bensin RON 95 dengan kadar belerang 50 ppm seperti punya Malaysia dengan harga yang tidak tinggi," ujar Ahmad.
Ia menambahkan bahwa Australia menggunakan RON 95 (setara Pertamax Plus), dengan kadar belerang 50ppm yang memenuhi standar Euro4 hanya dijual Rp 6.000.- per liter.
Sedangkan di Malaysia, bahan bakar dengan RON yang sama hanya dijual Rp 7.140,- per liter.
(BACA JUGA: Jatah Premium Dicekik, Pengemudi Angkot di Garut Rugi Karena Harus Pakai Pertalite)
Ahmad juga menyatakan bahwa Presiden harus menegur BPH Migas dan Menteri ESDM.
Pasalnya lembaga itu dinilai kurang menguasai konteks dalam pemahaman spek BBM dengan teknologi otomotif.
Selain itu reformulasi perhitungan dan kebijakan harga BBM harus dilakukan secara transparan, agar tercipta harga yang proporsional sesuai dengan kualitasnya.
Selain Premium dan Solar, beberapa rekomendasi BBM yang harus dihapus menurut KBBP adalah Pertalite, Perta-Dex, serta Pertamax.
Karena secara teknis tak memenuhi standar Euro4 yang sudah diterapkan sejak 10 Maret 2017 silam.
Berita ini sudah tayang di Tribunnews.com dengan judul KPBB Minta Hentikan Trik Kenaikan Harga BBM