GridOto.com - Musim balap MotoGP 2018 baru berjalan satu balapan, tapi sudah ada kritik muncul menyerang Michelin, penyuplai ban MotoGP.
Kirtik itu datang dari mantan Direktur balap Aprilia, Jan Witteveen.
Jan Witteveen bukan cuma memberi kritik singkat mengenai performa Michelin, tapi juga membongkar sumber masalah dari ban itu.
Dilansir GridOto.com dari Speedweek.com, Jan Witteveen mengatakan setidaknya ada 4 masalah dari ban Michelin.
(BACA JUGA: MotoGP 2018, Michelin Punya Hal Baru di Tiap Sirkuit)
"Sepertinya Michelin sering tidak bekerja secara identik di ban dengan tipe yang sama, itu menjadi masalah pertama," kata Jan Witteveen.
Lalu, ban belakang Michelin selalu terasa berbeda tergantung jarak balapan.
"Ban bisa tetap konstan selama beberapa waktu di balapan lalu menurun drastis," kata Jan Witteveen.
"Di ban depan, beberapa pembalap mengeluhkan mengenai feeling yang buruk di bagian tepi," tambahnya.
(BACA JUGA: Wah, Michelin Bilang Akan Bekukan Ban di MotoGP Musim 2018, Apa Maksudnya?)
Jan Witteveen mengatakan saat ban depan digunakan terkadang terjadi deformasi pada permukaan ban.
"Itulah mengapa feeling pembalap berubah lagi dan lagi," ujar Jan Witteveen.
Jan Witteveen membandingkan ban Michelin dengan ban Brigestone yang sebelumnya menjadi penyuplai ban MotoGP.
Ban Michelin memiliki struktur yang jauh berbeda dengan ban Bridgestone.
(BACA JUGA: Ada yang Lucu Saat Proses Memindahkan Motor MotoGP Ala Tim Marc VDS)
Kerangka ban Brigestone lebih kaku dan keras lalu ditaruh kompon ban di struktur itu, sedangkan Michelin berbeda.
Michelin menggunakan kerangka yang lebih lembut dan kompon ban yang lebih keras, inilah sumber masalahnya.
"Dengan kerangka yang lebih lembut dan fleksibel, temperatur ban lebih cepat naik," ungkap Jan Witteveen.
Itulah yang membuat perilaku ban berubah saat balapan sedang berlangsung.
(BACA JUGA: Terpeleset Di Mana-Mana, Johann Zarco Terpaksa Melambat di Akhir MotoGP Qatar Semalam)
Hal seperti ini yang dialami oleh Johann Zarco di MotoGP Qatar 2018, dan bebebrapa pembalap di balapan lain.
Menurut Jan Witteveen, dengan kerangka ban yang lembut akan memicu deformasi, ini adalah kunci masalah menurut Jan Witteveen.
Karena jika kekuatan mesin lebih besar di ban belakang, permukaan ban akan mengalami lebih banyak deformasi.