GridOto.com - Bagi penggemar motor dengan logo Garpu Tala, mungkin tidak asing dengan sosok yang satu ini.
Yaitu Muhamad Abidin, GM Aftersales and Public Relation Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Sejak tahun 90-an hingga saat ini, Abidin (sapaan akrabnya) tetap setia bersama Yamaha.
(BACA JUGA: Mengenal Joe Frans, Bos BMW Motorrad Indonesia yang 'Baru' Belajar Budaya Turing)
Pria lulusan Yamaha Engineering School ini total sudah 26 tahun mengabdi bersama Yamaha.
"Saya di Yamaha semenjak 1993, eh sorry 92, teknisi (sebagai teknisi)," ujar M Abidin kepada GridOto.com.
"Saya lulusan Yamaha Engineering School lulusan tahun 90/91," lanjut pria ramah ini, yang pernah mencoba Yamaha FZR 400 dan Serow 225 saat sekolah di Jepang.
Abidin mengaku, semenjak kecil ia mencita-citakan ingin menjadi seorang Jendral Militer atau menjadi seorang penerbang.
Meski tidak berhasil menjadi militer, menurutnya memiliki cita-cita itu penting, karena seperti memberikan arah.
"Saya pikir dulu cita-cita saya enggak kaya gini sih, cita-cita saya militer gitu ya, terus jadi penerbang, tapi pas tes enggak ada yang lulus hehe," ujar Abidin.
"Tapi cita-cita itu penting, cita-cita itu seperti memberikan arah, ternyata saya bisa jadi Teknisi, ya kan," ucap pria yang fasih berbicara dan budaya Jepang ini.
"Kalau dulu ingin di Militer ingin jadi Jenderal, ternyata di sini pun bisa jadi Jenderal, bedanya saya di sini (Yamaha) tetangga jenderal lah ya, jadi ada Jenderal tetangga saya, Jadi saya bilangnya tetangga Jenderal hahaha," lanjut Abidin, sambil memberikan candanya.
(BACA JUGA: M Abidin, Tenar di Negeri Seberang)
Selama bekerja di Yamaha, ia banyak mendapat pelajaran, salah satunya membentuk brand value.
"Kalau untuk Yamaha saya pikir saya belajar dari Yamaha adalah bagaimana Yamaha itu membentuk brand value di tahun 90-an," ujar pria yang sangat tenar di Yamaha Center ini
Abidin pun memberikan harapannya untuk Yamaha, ia mengibaratkan Yamaha itu seperti rebellion.
Ia juga berharap Yamaha akan terus seperti itu.
"Harapan saya Yamaha akan terus begitu, Yamaha itu boleh dibilang rebellion lah," ujar Abidin lagi.
"Brandnya itu selalu keluar dari pakem, dan selalu ingin survive," tutup Abidin.