GridOto.com - Tahun 2018 diprediksi akan jadi musim penting bagi Repsol Honda dan Movistar Yamaha.
Hal itu tercermin dengan berakhirnya kontrak dua pembalap papan atas Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Namun bukan berarti kisah kedua tim pabrikan tersebut bakal sama.
Honda akan berjuang mati-matian agar tidak kehilangan pembalap yang mendominasi MotoGP selama 5 musim terakhir, Marc Marquez.
(BACA JUGA:Jadwal Lengkap MotoGP 2018, Siapa yang Udah Enggak Sabar?)
Marc Marquez sudah beberapa kali dirumorkan untuk coba tantangan baru bersama pabrikan lain, sayangnya sampai saat ini belum ada kejelasan.
Di sisi lain, Yamaha akan menunggu keputusan final dari pembalap tersukses mereka, Valentino Rossi.
Valentino Rossi yang jadi pusat perhatian dalam dua dekade MotoGP ini tentunya akan bawa perubahan besar jika pensiun.
Yamaha sepertinya sudah punya pengganti kuat Valentino Rossi, yakni pembalap tim satelit Tech3 Johann Zarco.
Ducati juga bisa meramaikan bursa transfer pembalap MotoGP setelah musim 2018 berakhir.
(BACA JUGA:Video: Cara Nyalain Motor MotoGP, No Kick Starter Atau Electric Starter)
Jorge Lorenzo yang masih belum matching bersama Ducati akan jadi perhatian GP Mania.
Jika X Fuera kembali kurang ganas, kemungkinan perginya dari Ducati juga menarik dan beri efek besar bagi MotoGP.
Gaji juga beri pengaruh besar pada bursa transfer pembalap.
Apalagi gaji pembalap MotoGP masih kalah jauh dari cabang olahraga lain, misalnya sepakbola.
Jangankan sepakbola, dibanding Formula 1 saja gaji pembalap MotoGP masih kalah.
(BACA JUGA:6 Sensor Canggih Motor Prototype MotoGP, Motormu Ada Enggak?)
Misalnya Lewis Hamilton yang terima gaji hampir Rp 300 miliar atau Sebastian Vettel dengan Rp 225 miliar.
Sedangkan pembalap top MotoGP seperti Valentino Rossi dan Marc Marquez hanya terima Rp 135 miliar.
Gaji pembalap bikin pabrikan ketar-ketir.
"Itu mungkin jadi kekhawatiran dari enam pabrikan," ungkap Lin Jarvis, bos Yamaha kepada Motorsport-Total, dikutip GridOto.com dari Tuttomotoriweb.
Jarvis bilang bahwa dulu hanya ada tiga pabrikan kuat dan itu saja susah, apalagi sekarang ada enam.
(BACA JUGA:Walah! Persiapan MotoGP 2018, Petinggi Ducati Malah Enggak Kompak)
"Dahulu ada tiga pabrikan utama, untuk sukses salah satu rekrut pembalap top agar dapat hasil maksimal dalam proyeknya, jika dengan tiga pabrikan susah sekarang ada enam," lanjutnya.
Dengan enam pabrikan yang ada dan dana melimpah, bukan tidak mungkin perpindahan mengejutkan karena gaji beri efek besar ke MotoGP 2019.
"Kupikir kami harus jaga bursa pembalap di bawah kontrol, itu tidak mudah karena kami semua kompetitor, tapi kupikit bursa pembalap akan panas ke depannya," pungkasnya.