Suzuki TS 100 menggendong mesin 100 cc 2 stroke dengan satu silinder.
(BACA JUGA: Mau Beli Honda CRF 150 L? Sabar, Pahami Dulu Ini Cara Naik Motor Trail Yang Benar)
Mesinnya mampu menghasilkan tenaga 10,8 dk pada 7.000 rpm, serta torsi maksimum 11,43 Nm pada putaran mesin 6.000 rpm.
Dengan gaharnya tenaga di putaran atas, jelas Suzuki menjadi pilihan idaman konsumen pada saat itu, ditambah lagi bobot motor yang sangat ringan yakni 92 kg.
Dari segi penampilan, motor trail Suzuki ini terbilang sangat manis.
Seperti biasa, desain Suzuki yang mengalir dan tidak neko-neko juga kita jumpai pada TS100 ini.
Tangki membulat, jok pendek dan kaki yang jangkung, knalpot yang aduhai menjulang memantapkan posisinya sebagai motor gasruk tanah.
Kesuksesan Suzuki TS100 juga diikuti dengan hadirnya varian trail Suzuki lainnya seperti TS 100ER, dan Suzuki TS125 series.
Nah, kesuksesan Suzuki bermain di segmen ini lantas membuat pabrikan lain mencoba peruntungan.
Yamaha hadir dengan trail DT100 di tahun 1976, disusul Kawasaki dengan varian Kawasaki Binter KE125 di tahun 1981.
Untuk Honda, saat pabrikan lain bermain di trail 2 stroke, Honda justru sudah berhasil menghadirkan motor trail berkubikasi 125cc 4 stroke.
Motor tersebut adalah Honda XL 125 motor trail Honda yang pertama kali masuk di Indonesia.
Motor ini masuk di tahun 1977 sebagai pesanan khusus untuk dinas pertanian.
Honda XL125 mampu memuntahkan power 13 dk pada putaran mesin 9.400 rpm, dengan top speed 114 km/jam.